ANALISIS TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM, KOMPETENSI, HUBUNGAN TUJUAN PENDIDIKAN DENGAN KOMPETENSI, FILSAFAT NEGARA DAN KEYAKINAN SUATU BANGSA
ANALISIS TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM, KOMPETENSI,
HUBUNGAN TUJUAN PENDIDIKAN DENGAN KOMPETENSI,
FILSAFAT NEGARA DAN KEYAKINAN SUATU BANGSA
OLEH:
BAYU WIBAWA
NIM: 17913024
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgent
dalam sebuah masyarakat, terutama Bangsa dan Negara. Seperti dinegara kita
Indonesia, sudah tertuang didalam pembukaan undang-undang dasar negara republic
Indonesia, bahwa tujuan bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tanpa
adanya pendidikan maka tidak akan ada progres dalam kehidupan dan semua
bersifat stagnan. Selain itu apabila kita tidak menjalankan pendidikan sama
saja sudah meninggalkan atau menyalahi tujuan bangsa. Tanpa
adanya pendidikan juga akan membuat suatu negara semakin ketinggalan dari
negara – negara lain. Permasalahan – permasalahan yang ada pun tidak akan dapat
terselesaikan.
Dalam pendidikan haruslah ada tujuan dan tujuan tersebut tidak boleh melenceng dari
dasar negara kita/ ideologi kita yaitu Pancasila. Semua tujuan Pendidikan
bersumber dari Pancasila dan undang-undang dasar. Selanjutnya kompetensi dasar
yang harus dimiliki oleh peserta didik agar pendidikan tersebut berarah dan
memiliki arti. Tujuan pendidikan yang dirumuskan pun haruslah didasarkan pada
tujuan masyarakat, atau dengan kata lain tujuan pendidikan dirumuskan dengan
berdasar pada Falsafah negara dan Ideologi Bangsa. Karena jika tidak ada
kesinambungan diantaranya, maka akan terjadi kesenjangan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
Hubungan antara Tujuan Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Nasional,
Kompetensi, Falsafah Negara dan Keyakinan Bangsa. untuk mengetahui keterkaitan
dari masing- masing hal tersebut.
B.
PEMBAHASAN
1. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan
pendidikan dalam Islam merupakan arah yang selalu diusahakan oleh pendidik agar
tercapai. Tujuan ini sangat artinya karena pada hakikatnya tujuan itu berfungsi
sebagai (1) pengakhir dan pengarah usaha pendidikan, (2) merupakan titik
pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang lebih tinggi, (3) memberi
nilai pada usaha-usaha tersebut, apakah berhasil atau gagal sesuai dengan
kriteria-kriteria dalam tujuan tersebut,(4) memberi arah kepada proses yang
bersifat edukatif, dan (5) memberi motivasi terbaik pada pendidikan.
Membicarakan
tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang tujuan hidup
manusia. Manusia merupakan makhluk yang senantiasa mengarahkan hidupnya sesuai
dengan tujuan. Tujuan adalah objek, atau sasaran yang mau dicapai oleh seorang.
Tujuan hidup dipengaruhi oleh pandangan hidup seseorang. Tujuan pendidikan
merupakan penjabaran tujuan hidup manusia. Pendidikan adalah aktivitas sadar
manusia dalam hubungan dengan manusia lain, terarah pada tujuan bersama, tanpa
terlepas dari struktur sosial budaya dimana aktivitas itu berlangsung. Tujuan
hidup manusia mengalami pergeseran dan perubahan dari waktu ke waktu. Dari
tingkat yang paling sederhana sampai tujuan hidup kompleks pada zaman
kontemporer.
Pada prinsipnya
tujuan pendidikan suatu komunitas atau bangsa biasanya bersumber dari filsafat
hidup atau pandangan hidup dan kepercayaan yang dianut oleh suatu bangsa.
Karena kenyataannya bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil filsafat
atau pandangan hidup dan kepercayaan suatu bangsa. Demikian juga tujuan hidup
muslim tentu sangat dipengaruhi oleh akidah umat Islam itu sendiri yang
bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Tujuan hidup menurut Islam adalah
beribadah atau mengabdi kepada Allah SWT. Tujuan hidup muslim terdapat dalam
Al-Qur'an surat al-Dzariyat (51):56 yang berbunyi; "Tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku. yang berhubungan
dengan tujuan hidup manusia pada Al-Baqarah: 21 yang berbunyi: "Hai manusia,
beribadahlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa kepada Allah". Lebih lanjut dalam QS.
Al-Bayyinah: 5 disebutkan: "padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama
dengan lurus." Hakikat ibadah atau mengabdi kepada Allah mencakup segala
amal, pikiran atau perasaan manusia, selama semua itu dihadapkan mendekatkan
diri kepada Allah. Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek
kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan,
perasaan bahkan bagian apapun dari perilakunya untuk mengabdi kepada Allah.
Dengan mengetahui tujuan hidup, manusia akan menjalani hidupnya sesuai dengan
bimbingan, arahan, dar petunjuk Al-Qur'an dan Hadis agar dapat sampai kepada
Tuhan.[1]
Menurut Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah (1991),
bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikikan menjadi empat dimensi,
yaitu:
a.
Dimensi pendidikan jasmani (al-ahdaf
al-jismiyah) yakni mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah
di bumi, melalui keterampilan-keterampilan fisik. Ia berpijak pada pendapat
dari Imam Nawawi yang menafsirkan "al-qawy" sebagai kekuatan iman
yang ditopang oleh kekuatan fisik (QS. Al-Baqarah: 247 dan al- Anfal: 60).
b.
Dimensi pendidikan rohani (al-ahdaf
al-ruhaniyah) yakni meningkatkan roh dari kesetiaan yang hanya kepada Al-lah
semata dan melaksanakan moralitas islami yang diteladankan oleh Nabi SAW dengan
berdasarkan pada cita-cita ideal dalam al-Qur'an (QS. Ali Imran:19). Indikasi
pendidikan rohani adalah tidak bermuka dua (QS. Al Baqarah: 10), berupaya
memurnikan dan menyucikan diri manusia secara individual dari sikap negative
(QS. Al- Baqarah: 126) inilah yang disebut dengan takiyah al-nufus (penyucian
diri) dan hikmah (wisdom).
c.
Dimensi pendidikan akal (al-ahdap
al-'aqliyah) yakni pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan
sebab-sebabnya dengan menelaah tanda-tanda kekuasaaan Allah dan menemukan
pesan-pesan ayat-ayatNya yang berimplikasi kepada peningkatan iman kepada Sang
Pencipta. Tahapan pendidikan akal ini adalah (1) pencapaian kebenaran ilmiah
(ilm al-yagin) (QS. Al-Taktsur: 5), (2) pencapaian kebenaran empiris (ain
al-yaqin) (QS. Al- Takatsur:7) dan (3) pencapaian kebenaran meta empiris atau
mungkin lebih tepatnya sebagai kebenaran filosufis (QS. Al-Waqiah: 95).
d.
Dimensi tujuan pendidikan sosial
(al-ahdaf al -ijtimaiyah) yakni pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi
agian dari komunitas sosial. Identitas individu di sini tercermin sebagai
"an-nas" yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Dari
berbagai tujuan yang dikemukakan oleh para ahl pendidikan, dapat dijelaskan
bahwa semua tujuan-tujuan tersebut bermuara kepada tujuan akhir yakni menjadi
manusia takwa yang beribadah dalam arti yang seluas-luasnya. Menciptakan
peradaban dan kebudayaan yang positif juga ibadah, mengadakan hubungan vertikal
kepada Allah juga ibadah, mengembangkan dimensi-dimensi psikologis manusia ke
arah yang positifjuga ibadah, dan memakmurkan alam semesta juga ibadah. Maka
pada prinsipnya ibadah itu tercermin pada tiga hubungan baik yakni hubungan
baik dengan Allah; hubungan baik kepada manusia termasuk dirinya sendiri yang
dilandasi nilai-nilai Islam; dan hubungan baik dengan alam semesta selain
manusia yang dilandasi juga nilai-nilai Islam. Itulah ibadah dalam arti yang
sesungguhnya dalam batas-batas takwa.[2]
2.
TUJUAN PENDIDIKAN INDONESIA
Yaitu, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab (UUSisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasaal 3).
Tujuan akhir
dan tertinggi pendidikan Islam ialah menjadikan manusia bertakwa yang
beribadah/menghamba kepada Allah (ketundukan secara total kepada Allah) dalam
arti yang seluas-luasnya seperti tersebut di atas. Tujuan tersebut sebangun dan
sama dengan tujuan manusia diciptakan, yakni menjadi hamba (ibad) yang saleh
yang menghambakan diri kepada-Nya dalam arti yang seluas-luasnya.
Senada dengan
Jalal sebagaimana dikemukakan oleh Ali Khalil (1980) bahwa tujuan akhir/umum
pendidikan dalam Islam adalah menyiapkan, menumbuhkan dan membina manusia hamba
yang saleh dari segala sisinya.
Dari tujuan
akhir pendidikan Islam, dengan mempertimbangan berbagai prinsip-prinsip
penetapan tujuan khusus pendidikan Islam, maka para ahli pendidikan Islam
menjabarkannya ke berbagai tujuan-tujuan khusus. Al-Abrasyi (tth.) misalnya
membagi tujuan pendidikan Islam kepada lima aspek yaitu:
a.
Pendidikan jasmani. Karena menurut salah satu filosof yakni John
Lock bahwa dasar pertama untuk mencapai kehidupan yang sempurna ialah adanya
kekuatan jasmani. Akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat pula.
b.
Pendidikan akal yakni memberi ilmu pengetahuan, mendidik akal, dan
kemahiran atau memanfaatkan apa yang diketahui oleh manusia. Tiga bagian
tersebut saling berhubungan satu sama lain.
c.
Pendidikan budi pekerti yakni pembentukan kemuliaan akhlak, kuat
cita-cita, terdidik perkataan dan perbuatan,mulia aktivitasnya, budi pekerti,
agama, keutamaan, sopan, santun, ikhlas dan bersih.
d.
Pendidikan kemasyarakatan yakni anak sejak lahir sudah dibiasakan
agar mencintai saudara-saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya, saling
membantu sesama teman-teman, sehingga tidak hanya memikirkan dirinya sendiri
e.
Pendidikan keindahan. Manusia dengan fitrahnya cinta setiap
keindahan, dan dengan wataknya ingin tahu setiap hal yang aneh, yang indah atau
yang lain.[3]
3.
HAKEKAT KOMPETENSI
Charles
mengemukakan competency rational performance which satisfactorily meets the
objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan). Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: "kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan."[4]
Kompetensi merupakan komponen utama dari
standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang di
tetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan
dimaknai sebagai perangkat perilaku yang terkait dengan eksplorasi dan
investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan
mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara- cara untuk mencapai
tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi
bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang
berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning process).[5]
Selain itu inti
kompetensi adalah kemampuan. Kemampuan itu secara umum ialah kemampuan
menjalani hidup.
Percaya diri
itu baru muncul bila seseorang memiliki kemampuan yang pasti. Nah inilah yang
disebut kompetensi itu. Sebenarnya kompetensi hanyalah salah satu syarat untuk
memiliki percaya diri.[6]
Tujuan pendidikan Islam seperti yang telah di
bahas di atas adalah terciptanya “Insan Kamil”. “Insan Kamil” merupakan
sosok manusia sempurna yang tak mudah untuk membentuknya dan membutuhakn proses
panjang, teknis dan perjalanan yang tidak mudah.Tujuan dari pendidikan Islam
yang sangat mulia ini sendiri merupakan turunan dari Tujuan Nasional.
Tujuan Pendidikan secara umum dapat dilihat
sebagai berikut:
a.
Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 Tahun
1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan berbangsa.
b.
Tujuan Pendidikan Nasional menurut TAP MPR NO
II/MPR/1993 yaitu Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional
juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan memepertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada
sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa
depan.
c.
TAP MPR No 4/MPR/1975, Tujuan Pendidikan adalah
membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan
diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat
menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub
dalam UUD 1945.
Indonesia
sebagai Negara yang berfalsafah Pancasila menetapkan tujuan Pendidikan adalah
untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rumusan tersebut tampak jelas bahwa
nilai-nilai yang hendak dikembang-tumbuhkan dalam pribadi anak didik adalah
nilai-nilai kultural bangsa Indonesia yang bercorak sosialistis religius, yaitu
semangat kegotongroyongan yang dijiwai oleh nilai keagamaan. Dalam hal ini tidak
mengkhususkan nilai agama tertentu. Sedangkan faktor faktor kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang dilandasi dengan moralitas yang tinggi menjadi potensi
fundamental bagi perkembangannya hidup bernegara dan berbangsa yang bertanggung
jawab.[7]
Terlihat dari Tujuan Pendidikan Nasional dalam
TAP MPR No 4/MPR/1975 tertulis bahwa “Tujuan Nasional bertujuan membangun di
bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila dan...”. Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa memang terdapat kaitan antara Tujuan Pendidikan
Nasional dengan Falsafah Negara.
Filsafat Negara Indonesia adalah Pancasila,
yang diakui oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup.Filsafat Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam hal sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari- hari dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa
Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia mengandung
nilai- nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Nilai dasar
yang dimaksud adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan sosial yang tata urutannya termuat dalam aline
IV, pembukaan UUD 1945 (sesudah tanggal 18 Agustus 1945).
Sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia,
Filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai kemampuan rohani bangsa Indonesia
melakukan pemikiran - pemikiran yang sedalam - dalamnya tentang kebenaran
Pancasila sebagai landasan dasar falsafah kehidupan bangsa Indonesia sehingga
hasilnya adalah memperoleh suatu kebenaran yang sesungguh- sungguhnya dan
hakiki dari arti nilai- nilai Pancasila.
Dengan demikian Pancasila harus dijadikan
pedoman dalam penentuan tujuan pendidikan Islam, mengingat tujuan Pendidikan
Islam merupakan turunan dari Tujuan Pendidikan Nasional yang mengerucut pada
Pancasila sebagai Falsafah Negara.
Falsafah memiliki peran memberikan arah dan
kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan
kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi
nilai- nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
Keyakinan suatu bangsa, dapat dikatakan juga
sebagai sebuah ideologi suatu bangsa. Ideologi berasal dari kata Yunani idein
yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan,
gagasan, buah pikiran, dan kata logia yang berarti ajaran. Dengan
demikian Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science ideas.
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu
kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta kepercayaan yang bersifat sistematis
yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan.
Yaitu mengacu kepada ideologi bangsa kita yakni
Pancasila dan berdasarkan kepada UUD 1945. Dan intinya adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia,
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang, atau sekelompok orang. Pancasila di tingkat dari mulai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia.
Bangsa dan Negara RI dengan ideologi Pancasila
memiliki arti cita- cita atau pandangan dalam mendukung tercapainya Tujuan
Nasional RI.
Setiap bangsa dalam melanjutkan keberadaan
serta eksistensinya selalu berusaha memelihara ideologinya agar bangsa itu
tidak kehilangan ideologi yang dianutnya, berarti tidak kehilangan
identitas Nasionalnya. Demikian juga Bangsa Indonesia yang mempertahankan
Pancasila sebagai Ideologinya. Penetapan Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia itu pertama- tama berarti bahwa negara Indonesia dibangun atas dasar
moral kodrati (natural morals). Oleh karena kita harus tunduk
padanya dan wajib membela serta melaksanakannya, baik dalam susunan, maupun
dalam kehidupannya.
Ideologi Pancasila memiliki arti sebagai
keseluruhan Pandangan, cita- cita maupun keyakinan dan nilai- nilai Bangsa
Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam tata kehidupan berbangsa
dan bernegara guna menjunjung tercapainya suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya
merupakan sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah
diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia, masyarakat, bangsa
dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar dan pedoman bagi manusia
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Filsafat
dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu sistem cita- cita atau
keyakinan – keyakinan (believe system) yang telah menyangkut praksis,
karena dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupannya. Hal itu berarti bahwa filsafat
telah beralih dan menjelama menjadi ideologi.
Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan
cita- cita yang mendasar dan menyeluruh yang jalin - menjalin menjadi suatu
sistem pemikiran (system of Thought) yang logis, adalah sumber kepada
filsafat. Dengan lain kata, ideologi sebagai suatu system of thought
mencari nilai, norma dan cita- cita yang bersumber kepada filsafat, yang
bersifat mendasar dan nyata untuk diaktualisasikan artinya secara
potensial mempunyai kemungkinan pelaksanaan yang tinggi, sehingga dapat memberi
pengaruh positif, karena mampu membangkitkan dinamika masyarakat tersebut
secara nyata ke arah kemajuan. Ideologi dapat dikatakan juga sebagai konsep
operasionalisasi dari suatu pandangan hidup atau filsafat hidup akan merupakan
norma ideal yang melandasi ideologi, karena norma itu akan dituangkan dalam
perilaku, juga dalam kelembagaan soaial, politik, ekonomi, pertahanan keamanan,
dan sebagainya. Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi
yang juga menyangkut strategi dan doktrin, dalam mengahadapi permasalahan yang
timbul di dalam kehidupan bangsa dan negara: termasuk di dalamnya menentukan
sudut pandang dan sikap dalam menghadapi berbagai aliran atau sistem filsafat
yang lain.[8]
C.
KESIMPULAN
Kompetensi
adalah apa yang seseorang mampu kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan
dari suatu pekerjaan. Kompetensi harus disesuaikan dengan Tujuan Pendidikan
Nasional dan Tujuan Pendidikan Islam, karena memang merupakan turunan darinya.
Tujuan Pendidikan Nasional yang merupakan
tujuan yang didasarkan pada Falsafah Negara dan Ideologi Bangsa haruslah
sejalan dan tidak ada pertentangan diantaranya. Tujuan Pendidikan Islam pun
harus sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang mana tujuan tersebut adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa” .
Tujuan Pendidikan Islam yaitu terciptanya Insan
Kamil atau manusia sempurna, hal ini senada dengan tujuan Pendidikan
Nasional yaitu “mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman
dan dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
Tujuan
Pendidikan Nasional berakar pada Kebudayaan Bangsa dan berdasar pada Falsafah
Negara. Pada hakikatnya Falsafah Negara merupakan suatu
hasil perenungan atau pemikiran seseorang, atau sekelompok orang. Falsafah
bertingkat dari mulai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Tujuan Pendidikan Islam
dan Tujuan Pendidikan Nasional harus sejalan dengan falsafah karena sudah
merupakan perenungan dari kebudayaan Bangsa dan sudah diyakini kebenarannya.
Tujuan Pendidikan Nasional diturunkan dalam
Tujuan Pendidikan Islam, dan dari tujuan Pendididikan Islam nantinya Tujuan
tersebut diperinci dijabarkan melalui Tujuan Institusi terkait yang natinya
dilanjutkan melalui kurikulum, dan diturunkan mealui tujuan mata pelajaran,
dilanjutkan dengan tujuan Satuan Pelajaran dan diukur keberhasilannya melalui
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Standar Pencapaian Hasil Belajar.
Dalam hal ini di uji kompetensi yang seharusnya sudah di miliki, apakah sudah
sesuai dengan yang diharapkan atau belum mencukupi standar kompetensi yang
telah ditentukan.
Maragustam,Filsafat Pendidikan Islam
Menuju Pembentukan Karakter Manghadapi Arus Global, Yogyakarta, Kurnia
Kalam Semesta,2016.
Mulyasa,Standar Kompetensi Dan Sertifikasi
Guru,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam
Integrase Jasmani, Rohani Dan Kalbu Memanusiakan Manusia, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
http://iskarimahfils.blogspot.com/2013/05/analisis-tujuan-pendidikan-islam.html diakses pada hari senin tanggal 11 September 2018 jam 19:47 WIB.
Undang- Undang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
[1] Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan
Karakter Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016),
hlm. 194-195.
[2] Ibid’.hlm. 201-202.
[3] Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan
Karakter Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hlm.
199.
[4] Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, ( Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 25.
[5]Ibid’.hlm. 26.
[6]Ahmad
Tafsir,Filsafat Pendidikan Islam Integrase Jasmani, Rohani Dan Kalbu
Memanusiakan Manusia,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), hlm. 89.
[7]Muzayyin
Arifin.Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: PT Bumi Aksara 2009)
.hlm.118.
[8]http://iskarimahfils.blogspot.com/2013/05/analisis-tujuan-pendidikan-islam.html diakses pada hari senin tanggal 11 September 2018 jam 19:47 WIB.
Komentar
Posting Komentar