PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
Diah Mahastuti
Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam:
Prof. Dr. H. Maragustam, MA.
PENDAHULUAN
Menusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna yang
berbeda dengan makhluk lainnya, yang dikaruniai akal dan pikiran oleh tuhan.
Sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai khalifah dimuka bumi. Untuk
meraih kesempurnaan tersebut, manusia harus melalui berbagai proses. Salah
satunya pendidikan. Pendidikan Islam yang berfalsafahkan Al Quran dan Al Hadis.
Dalam setiap perkara atau pencapaian tujuan tentunya
membutuhkan suatu perencanaan yang matang, begitu pula dalam dunia pendidikan.
Tujuan pendidikan akan tercapai apabila terjadi perencanaan proses untuk
mencapainya. Dalam dunia pendidikan, program yang telah terencana tersebut di
sebut dengan kurikulum pendidikan.
Salah satu tugas filsafat pendidikan Islam adalah
memberikan arahan untuk tercapainya pendidikan Islam. Berdasarkan uraian
diatas, fokus pembahasan tulisan ini yaitu perkembangan kurikulum pendidikan
dalam perspektif islam.
PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Hakikat Kurikulum
Secara Etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani
yaitu Curir yang artinya pelari dan curer yang artinya tempat berpacu. Yang
artinya suatu tujuan yang harus ditempuh.[1]
Kurikulum adalah suatu program rancangan pendidikan yang isinya sejumlah mata
pelajaran dan program kegiatan yang diperlukan sebagai syarat untuk
menyesuaikan suatu program pendidikan tertentu yang dikemas dalam kegiatan
kurikulum (intra curricular), kegiatan penyertaan kurikulum (cocurriculum), dan
luar kegiatan kurikulum (ekstra kulikuler).[2]
Kurikulum bisa disebut juga sebagai seluruh usaha lembaga pendidikan guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dirancang secara sistematis.
Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang
diacu oleh pendidikan dalam upayamembentuk citra sekolah dengan mewujudkan
tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum tidak bersifat kaku, tetapi
dinamis, aktual, teoretis, dan aplikatif.[3]
Kurikulum disusun sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan itu sendiri,
Dalam dunia Pendidikan Islam, Istilah kurikulum (manhaj)
adalah sebagai jalan terang yang dilalui pendidikatau guru latih dengan
orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap mereka[4]
Dari definisi yang ada, kurikulum bukan sekedar dalam artian kata atau makna
kata, tetapi juga menekan pada fungsinya yang ideal diantaranya :[5]
1.
Kurikulum sebagai program studi, yaitu seperangkat mata pelajaran yang
mampu dipelajari oleh anak didik di sekolah maupun instansi pendidikan lainnya.
2.
Kurikulum sebagai content, yaitu memuat sejumlah data atau informasi yang
tertera dalam buku-buku teks atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya
proses pembelajaran.
3.
Kurikulum sebagai kegiatan berencana, yaitu memuat kegiatan yang
direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal
tersebut dapat diajarkan secara efektif dan efisien.
4.
Kurikulum sebagai hasil belajar, yaitu memuat seperangkat tujuan yang utuh
untuk memperoleh suatu hasil tertentu, tanpa menspesifikasikan cara-cara yang
dituju untuk memperoleh hasil-hasil. Memuat seperangkat hasil belajar yang
direncanakan dan diinginkan.
5.
Kurikulum sebagai reproduksi cultural, yaitu proses transformasi dan
refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat agar dimiliki dan dipahami peserta
didik sebagai bagian dari masyarakat tersebut.
6.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yaitu keseluruhan pengalaman belajar
yang direncanakan dibawah pimpinan kepala sekolah.
7.
Kurikulum sebagai produksi, yaitu seperangkap tugas yang harus dilakukan
untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
B. Bentuk-bentuk Kurikulum
Guna mencapai
tujuan pendidikan, dibutuhkan kurikulum yang selaras dengan tujuan yang akan
dicapai. Kurikulum yang diperlukan pun harus bersifat dinamis tidak kaku.
Adapun bentuk-bentuk kurikulum menurut Abdurrahman an-Nahlawi terbagi kedalam
empat bentuk yaitu :[6]
1. Separate-subject Curriculum
Bentuk kurikulum ini berwujud tentang pemisahan antara mata pelajaran satu
dengan yang lainnya. Antar mata pelajaran tidak perlu dihubungkan, mereka
berdiri sendiri. Materi dan pengetahuan terpisah dari perangkat pengetahuan
yang lain.
2. Correlated Curriculum
Kurikulum ini menyajikan pengetahuan yang seakan bersifat kesinambungan,
berantai dengan perangkat pengetahuan yang lain. Setiap mata rantai yang harus
terhubung dengan mata rantai sebelumnya. Sehingga setiap pelajaran akan
dimulai, sebelumnya diulas atau dibahas materi lalu untuk dijadikan landasan
materi selanjutnya. Terkadang materi pada setiap semester bertalian dengan
meteri yang pernah dipelajarinya.
3. Integrated Curiculum
Bentuk kurikulum yang paling bertalian dan terkoordinasi antar
bagian-bagiannya dan materi pelajaran-pelajarannya. Seluruh materi pelajaran
dan pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik harus bertalian dengan
subyek yang menjadi pusat perhatian para peserta didik. Karena setiap kurikulum
itu harus ada pusat perhatian dari semua yang terlibat dalam pendidikan.
4. Activity Curriculum
Kurikulum koordinasi serangkaian aktivitas, yang diangkat dari kehidupan
para peserta didik, atau dari kehidupan masyarakat mereka. Aktivitas ini
dipandang dapaat mengembangkan pengetahuan serta pengalaman peserta didik,
disamping dapatmerealisasikan berbagai tujuan umat dan tujuan pendidikan serta
pengajaran bagi mereka. Aktivitas ini berupa diskusi, karyawisata, out bond.
C. Asas-asas Kurikulum Dalam Islam
Kurukulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang
berperan sangat besar, dapat pula disebut sebagai jantung dari sebuah pendidkan.
Kurikulum berperan untuk mewujudkan tujuan pendidikan, sehingga dalam
penyusunannya sangat perlu diperhatikan, karena satu kesalahan dapat mengganggu
tercapainya tujuan pendidikan.
Adapun dasar dalam menjadi landasan kurikulum pendidikan
Islam :
1. Dasar Agama
Segala sistem pendidikan Islam harus meletakkan dasar falsafat, tujuan, dan
kurikulumnya pada agama Islam atau syariat Islam dengan segala kandungannya.
Semua itu kembali kepada dua sumber utama dalam Islam, yaitu Al Qur’an dan
Sunnah Nabi SAW.[7]
Sesudah kedua sumber ini barulah menggunakan sumber-sumber cabang yang lain
yang digunakan untuk menjelaskan hukum atau aturan umum dari kedua sumber utama
pendidikan Islam. Diantara sumber-sumber cabang yang lain yang digunakan yaitu
ijma’, qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap baik (istishsan). dari
keseluruhan inilah pendidikan Islam mengambil falsafah, tujuan-tujuan,
matlamat-matlamat, dasar-dasar kurikulum, dan metodenya.[8]
Berdasarkan hal tersebut, kurikulum berdasar agama harus mampu mencakup pembinaan
iman yang kuat. Kurikulum juga harus menanamkan dalam jiwa yang berlandaskan
ajaran agama dan akhlak yang kuat.
Untuk mencapai tujuan yang dihaapkan, haruslah kurikulum dalam pendidikan
agama Islam dan menyeluruh kandungan-kandungannya, melebihi ilmu-ilmu agama dan
alat-alatnya termasuk tafsir, hadis, fiqih, dasar-dasar akidah, ilmu hadis,
usul fiqih, nahwu, sharaf, balagah, adab, dan lain-lain. Sehingga harus
mengandung segala ilmu yang bermanfaat dalam agama dan dunia termasuk falsafah,
tarkh, ilmu alam, ilmu falaq, kedokteran, matematika, teknik, sains, fisik,
dengan segala cabang-cabangnya dan lain-lain ilmuyang berguna, selama kajian
tersebut berlaku dalam rangka akidah dan akhlak.[9]
2. Dasar Falsafah
Menurut Muhammad Ali (1989), dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan
pendidikan Islam, dengan dasar filosufis, sehingga susunan kurikulum mengandung
suatu kebenaran, terutama kebenaran di bidang nilai-nilai sebagai pandangan
hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Dasar filosufis mengandung sistem
nilai, baik yang berkaitan dengan nilai dan makna hidup dan kehidupan, masalah
kehidupan, norma norma yang muncul dari individu, sekelompok masyarakat, maupun
suatu bangsa yang dilatar belakangi oleh pengaruh agama, adat istiadat, dan
konsep individu tentang pendidikan.[10]
Asas
filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi:
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum
agar lebih banyak memberi anakdidik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan
fisik-fisik objek-objek. Pada mulanya, dimensi ini diterapkan oleh Allah
swt.dalam pengajaran-Nya kepada Nabi Adam dengan memberitahukan atau
mengajarkan nama-nama benda (Q.S Al-Baqarah [2]:31), dan belum sampai pada
tahap penalaran atau pengembangan wawasan; Dimensi epistemologi adalah
perwujudan kurikulum yang sah harusberdasarkan pada metode konstruksi
pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajak berpikir
menyeluruh, reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan
kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan
bersifat tidak mutlak, tentatif, dan dapat berubah-ubah (Q.S AlBaqarah
[2]:26-27); dan dimensi aksiologis, mengarahkanpembentukan kurikulum yang
direncanakan sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri anak didik
untuk memiliki nilai-nilai yang tidak dinginkan. Tugas ketiga dimensi tersebut
merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam. Dari berbagai
macam filsafat, pada dasarnya menjadikan khasanah pemikiran intelektual di
bidang kurikulum pendidikan Islam lainnya, semakin banyak pula kontribusi teori
dan konsep. Teori dan konsep yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran
filsafat tidak dapat begitu saja diterima atau ditolak, namun diseleksi
terlebih dahulu dan hasilnya dimodifikasi pada khazanah kurikulum pendidikan
Islam.[11]
3. Dasar Psikologi
Berkaitan dengan ciri-ciri perkembangan individu peserta didik, tahap
kematangannya, bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial,
kebutuhan-kebutuhan, minat, kecakapan yang bermacam-macam, perbedaan
individual, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, proses belajar, pengamatan
peserta didik dan lain-lain yang bersifat psikologis.[12]
Persoalan ini tidak diabaikan oleh pendidikanIslam dalam kurikulum dan
metod pengajarannya. Pemikiran pendidikan Islam pada keseluruhannya mengajak
dan menggalakan untuk membuat kurikulum ini sejalan dengan ciri-ciri
perkembangan pelajar; sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya pada berbagai
segi perkembangan; memperhatikan kecakapan, kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan, sifat proses belajar, pengamatan, pemikiran dan perbedaan
perseorangan dengan orang lain; menggalakan belajar; mencurahkan tenaga dan
turut serta dengan aktif dalam proses pendidikan; dan membantu memperoleh pengetahuan,
kemahiran dan sikap yang diperlukan.[13]
4. Dasar Sosial
Berkaitan dengan ciri-ciri masyarakat Islam yang berlaku proses pendidikan
dan kebudayaan masyarakat ini yang bersifat umum atau bersifat khusus.[14]
Tugas kurikulum sendiri berdasar pada dasar sosial, ini adalah agar ia
turut serta dalam proses pemasyarakatan bagi pelajar-pelajar; penyesuaian
mereka dengan masyarakat Islam tempat mereka tinggal; memperoleh kebiasaan dan
sikap yang baik pada masyarakatnya dan cara berfikir serta beringkah laku yang
di inginkan, caara bergaul yang sehat, sikap kerjasama, menghargai tanggung
jawab dan kesediaan berkorban membela akidah, tanah air, pengetahuan dan
kemahiran yang akan menambahkan produktivitas dan keturut sertaan mereka dalam
membina umat dan bangsa.[15]
Keempat asas tersebut sebaiknya dijadikan landasan dalam menyusun kurikulum
pendidikan Islam. Keempat asas tersebut bukan merupakan asas yang berdiri
sendiri, melainkan saling berikatan dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari
asas-asas yang lain. Sehingga membentuk kurikulum islam yang terpadu.[16]
D. Komponen Kurikulum
Menurut Hilda Taba yang dikutip Ahmad Tafsirn(2006),
kurikulum mencakup empat aspek, yaitu : tujuan, isi, pola belajar mengajar,dan
evaluasi.[17]
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan
pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total manusia, melalui
latihan spiritual, intelektual, rasional diri perasaaan dan kepekaan fisik,
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, berbangsa dan bernegara.[18]
Secara konseptual, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk insan yang utuh,
mampu mengembangkan dan menjaga hubungan dengan tuhan dan makhluk ciptaan
lainnya.
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalahtujuan setiap
program yang diberikan kepada peserta didik. Mengingat kurikulum adalah alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan sesuai
dengan tujuan umum pendidikan. Dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari
tujuan kelembagaan hingga tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan pembelajaran.[19]
2. Isi
Isi program atau materi pelajaran dalam suatu kurikulum
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar
mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum mrnurut Hamalik dijelaskan
secara lebih dalam lagi yaitu bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan suatu pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional.[20]
3. Metode Pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswadi dalam kelas baik secara individual maupun
kelompok.[21]
4. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah penilaian dalam
bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan. Evaluasi juga dikatakan sebagai proses penaksiran terhadap
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didikuntuk tujuan pendidikan.[22]
E. Prinsip-prinsip Kurikulum Dalam Islam
Menurut al-Syabani
(1978) (1) Ajaran dan nilai-nilai; (2) menyeluruh pada tujuan dan kandungan
kurikulum; (3) adanya kesinambungan yang relatif antara tujuan-tujuan dan
kandungan kurikulum; (4) adanya kaitan antara bakat, minat, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik serta alam sekitar baik fisik maupun sosial budaya; (5)
pemeliharaan perbedaan individual baik dari segi minat maupun bakatnya; (6)
menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan
tempat; (7) adanya keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman
dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.[23]
Untuk melengkapi
prinsip-prinsip diatas, Zakiah Daradjat menawarkan beberapa prinsip yang
terkandung dalam kurikulum, yaitu :[24]
1. Prinsip relevansi dalam arti kesesuaian pendidikan dalam
lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang yan
yang akan datang, relevansi dengan tuntutanyang akan datang.
2. Prinsip efektifitas, baik efektifitas mengajar peserta
didik, ataupun efektifitas peserta didik.
3. Prinsip efisiensi, baik dalam segi waktu, tenaga, dan
biaya.
4. Prinsip fleksibilitas, artinya ada semacam ruang gerak
yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada
fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program
pengajaran.
Sedangkan menurut an-Nawawi (1979). prinsip-prinsip atau
ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam meliputi:[25]
1.
Selaras dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya,
menjaganya dari penyimpangan dan menyelamatkannya.
2.
Diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas,
taatdan beribadah kepada Allah. Juga merealisasikan berbagai aspek tujuantak
lengkap seperti: aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun
intelektual.berfungsi sebagai pengarah dan meluruskan pola hidup yang
selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan pendidikan.
3. Adanya pentahapan serta pengkhususan
kurikulum hendaknya memperhatikan periodisasi perekembangan peserta didik dan perbedaaan
individu serta karakteristik masing-masing.
4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas,
contoh dan nashnya, hendaknya
kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata
kehidupan masyarakat, sambil tetap bertopan pada jiwa dan cita ideal islaminya.
5. Secara keseluruhan struktur dan
organisasi kurikulu tersebut hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan
pertentangan, bahkan sebaliknya, terarah kepada pola hidup Islami.
6. Hendaknya kurikulum itu realistis, dalam
arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas
kemungkinan yang terdapat di negara yang akan melaksanakannya
7. Hendaknya metode pendidikan dalam
kurikullum itu bersifat luwes, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai
kondisi dan situasi setempat, dengan mengingat pula faktor perbedaan individual
yang mengangkat bakat, minat serta kemampuan peserta didik untuk menangkap,
mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan.
8. Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam
arti menyampaikan dan menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan
tingkah laku yang positif serta meninggalkan dampak afektit yang positif pula
dalam jiwa generasi muda.
9. Memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik yang bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu
diselaraskan dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan perasaan keagamaan
dan pertumbuhan bahasa bagi fase tersebut.
10.
Memperhatikan
aspek aspek tingkah laku amaliah islami,serta membangun masyarakat muslim di
lingkungan sekolah.
F.
Tujuan-tujuan yang Ingin dicapai Oleh Kurikulum Pendidikan Pendidikan Islam
Kurikulum
pendidikan Islam bertujuan memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan
menyeluruh dan terpadu bagi pribadi pelajar, membuka tabir tentang bakat,
kesediaan dan mengembangkan minat, kecakapan, pengetahuan, kemahiran, dan sikap
yang di inginkan; menanamkan kebiasaan, akhlak dan sikap yang baik dan
kemahiran asas untuk mendapatkan ilmu pengetahuan; menyiapkannya untuk memikul
tanggungjawab dan pran-peran yang dipikulnya di masyarakat; mengembangkan
kesadaran agama, budaya, pemikiran, sosial, dan politik pada dirinya.[26]
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah suatu program rancangan pendidikan yang isinya sejumlah mata
pelajaran dan program kegiatan yang diperlukan sebagai syarat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Filsafat Pendidikan Islam berperan sebagai penentu tujuan
umum pendidikan, memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam dan
pengembangannya sehingga kurikulum mengandung nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya guna mencapai tujuan pendidikan yang islami yang telahditentukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abd. Aziz, 2009, Filsafat
Pendidikan Islam (Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam), Yogyakarta:
Teras.
Al-Syaibany, Omar Mohammad
Al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam (terjemahan), Jakarta: Bulan
Bintang.
Aziz, Abd., 2009, Filsafat
Pendidikan Islam (Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam), Yogyakarta:
Teras.
Basri, Hasan, 2009, “Filsafat
Pendidikan Islam”, Bandung: Pustaka Setia.
Maragustam, 2010Filsafat
Pendidikan Islam (Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global), Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta.
Nik Haryati, 2011, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta.
Nuryanti, Filsafat Pendidikan
Islam Tentang Kurikulum, Jurnal, PPs (S2) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Hunafa Vol.
5, No. 3, Desember 2008.
Ramayulis, Samsul Nizar, 2009“Filsafat
Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya”, Jakarta:
Kalam Mulia.
[1]Ramayulis, Samsul Nizar, “Filsafat Pendidikan
Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya”, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2009), hal. 192.
[2]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam (Menuju
Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global), (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2010), hal. 236.
[3]Hasan Basri,
‘Filsafat Pendidikan Islam”, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal.
128.
[4]Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam (Sebuah
Gagasan Membangun Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 162.
[5]Ramayulis, Samsul Nizar, “Filsafat Pendidikan
Islam ...., hal. 193
[6]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam....,
hal. 237.
[7]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,
hal. 238.
[8]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah
Pendidikan Islam (terjemahan), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 524.
[9] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany....., hal.
525.
[10]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,
hal. 238.
[11]Nuryanti, Filsafat Pendidikan Islam Tentang
Kurikulum, Jurnal, PPs (S2) IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 3, Desember 2008,
hal. 333-334.
[12]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam....,
hal. 238.
[13]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah
Pendidikan Islam ...., hal. 530.
[14]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,
hal. 238.
[15]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany....., hal.
531
[16]Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam (Sebuah
Gagasan Membangun Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 168.
[17]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,
hal. 236.
[18]Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 61
[19]Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan...., hal. 63.
[20]Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan...., hal. 65.
[23]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,
hal. 239.
[24]Ramayulis, Samsul Nizar, “Filsafat Pendidikan
Islam ...., hal. 197
[25]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,
hal. 239-240.
[26]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany....., hal.
533.
saya ijin ambil yaa. buat makalah kelas
BalasHapusterimakasih