Pendidikan Masa Abu Bakar


Pendidikan Masa Abu Bakar
(Kezaliman Dibalas dengan Kebaikan)
Oleh: Muslimatush Sholehah


Tugas Kuliah Peradaban dan Pemikiran Islam
Dosen Pengampu: Dr. Junanah, MIS
A.   Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Berkaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.
Dari sejarah, kita berbicara pada masa Rasulullah, Dimana setelah Nabi wafat sebagai pemimpin umat islam, Abu Bakar as-sidiq sebagai khalifah untuk menggantikan Rasulullah pada saat itu,.Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk menggantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah Abu Bakar ini adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.
Pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of knowledge” at  aupun “transfer oftraining“, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan. Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2. Pendidikan akhlaq,seperti adab masuk rumah orang,sopan santun bertetangga,bergaul dalam masyarakat.
3.  Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji
4. Kesehatan seperti tenteng kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai silsilah keturunan). la menguasai dengan baik berbagai nasab kabilah dan suku-suku arab, bahkan ia juga dapat mengetahui ketinggian dan kerendahan masing-masing dalam bangsa arab.
Dari kisah keteladanan Abu Bakar terhadap Rasulullah, salah satunya yang dapat diambil pelajaran adalah ketika Abu Bakar menggantikan rasulullah setelah Rasul wafat untuk memberi makan yahudi buta yang selalu mecela Rasulullah, dari kisah ini dapat diambil hikmah bahwa kezaliman dibalas dengan kebaikan.


B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana pendidikan pada masa Abu Bakar?
2.    Bagaimana keteladanan Abu Bakar terhadap Rasulullah?


C.   PEMBAHASAN
1.    Biografi Khalifah Abu Bakar Sidiq
  1. Nama asli Abu Bakar adalah abdullah bin usman bin amir bin ka’ab bin sa’ad bin taim bin murrah bin ka’ab bin luay bin ghalib at-taimi al-quraisy
  2. Beliau lahir 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah, jadi jarak lahir beliau dengan Rasulullah hanya terpaut 2 tahun lebih muda.
  3. Ayah Abu Bakar biasa dipanggil abu quhafah dan ibunya bernama salma binti shohr bin amir atau ummul khoir.
  4. Abu Bakar adalah orang yang bertubuh kurus dan berkulit putih.
  5. Di masa jahiliyyah abu bakar sudah dikenal dengan kewibawaannya, akhlaknya yang sangat mulia, pemberani, teguh pendirian serta kecerdasan dalam memahami bidang nasab (garis keturunan) dan ilmu-ilmu lain.
  6. Semasa hidup Abu Bakar tidak pernah minum khamr dan selalu menjaga kehormatannya.
  7. Abu Bakar adalah sahabat yang pertama kali masuk islam dari kalangan laki-laki.
  8. Abu Bakar sangat bersemangat dalam berdakwah sehingga masuk islam lah 10 sahabat yang dijamin masuk surga, di antaranya adalah utsman bin affan, az-zubair bin awwam, abdurrahman bin auf, saad bin abi waqash dan thalhah bin ubaidullah.
  9. Abu Bakar juga memerdekakan beberapa budak laki-laki dan wanita yang masuk islam.
  10. Abu Bakar mengikuti semua peperangan yang diikuti Rasulullah.
  11. Abu Bakar menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah wafat.
  12. Abu Bakar memerangi orang-orang murtad di berbagai negeri setelah wafatnya Rasulullah.
  13. Abu Bakar wafat pada tanggal 8 bulan jumadil akhir tahun 13 h.
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling utama bahkan ia adalah manusia paling mulia setelah para Nabi dan Rasul. Abu Bakar memeluk Islam tatkala orang-orang masih mengingkari Nabi.
Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu mengatakan, “(Di awal Islam) Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya bersama lima orang budak, dua orang wanita, dan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhum ‘ajmain.” (Riwayat Bukhari).
Sebagaimana telah masyhur, laqob ash-shiddiq disematkan padanya karena ia selalu membenarkan apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana pada pagi hari setelah kejadian isra mi’raj orang-orang kafir berkata kepadanya, “Temanmu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam”. Abu Bakar menjawab, “Jika ia berkata demikian, maka itu benar”.
Nabi Muhammad Saw, tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut pada kaum Muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya di makamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan di pilih menjadi pemimpin. Musyawarah berjalan cukup alot karena masing-masing pihak baik Muhajirin ataupun Anshar berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun dengan semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
Sebagai pemimpin umat islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persolan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap, bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu, mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah ( perang melawan kemurtadan ). Khalid bin AL-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.[1]
Masa khulafaurrasydin sering di sebut pula masa sahabat-sahabat besar yang berlangsung dari tahun 11-40H yang di dalamnya terdapat orang khalifah yaitu: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.Sahabat-sahabat bertebaran ke berbagai daerah dan di sana mereka menjadi pemimpin sekaligus menjadi pendidik muslim di tempat masing-masing sehingga pendidikan tidak berpusat di madrasah saja. Selanjutnya praktek pengelolaan pendidikan pada masa ini dapat dijelasskan sebagai berikut:

2.    Prinsip-Prinsip Pendidikan
a.       Pendidikan di arahkan pada mengajarkan isi Al-Qur’an
b.      Pendidikan diajarkan dengan menggunakan dialek daerah masing-masing, sehingga sering timbul perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an.

3.    Sumber Pendidikan
Sumber pendidikan diambil dari Al-Qur’an, Hadits, Alam sekitar (millu) dan ijtihad dalam bentuk ijma’ dan Qiyas.

4.    Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa khulafaurrasyidin tidak berbeda dengan masa Nabi saw yaitu:
1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan rendah yang di dalamnya mengajarkan kepada anak-aanak dalam hal baca dan tulis dan sedikit pengetahuan-pengetahuan agama.
2) Masjid sebagai pusat pendidikan umat islam yang telah mukallaf pada masa permulaan islam belum terdapat sekolah formil, seperti yang ada pada masa sekarang.[2]





5.    Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq (632-634)
a.    Visi, Misi Dan Tujuan Pendidikan
Visi pendidikan pada masa khalifaur Rasyidin secara ekplisit sulit di jumpai. Namun dari berbagai fakta dan data yang di temui, visi pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin masih belum berbeda dengan visi pendidikan pada zaman Rasulullah saw.
Visi pada zaman khalifah Abu Bakar Sidiq dapat di kemukakan sebagai berikut:
1) Memantapkan dan menguatkan keyakinan dan dan kepatuhan kepada ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw dengan cara memahami, menghayati, dan mengamalkan secara konsisten. Usaha ini di perkuat dengan sikap tegas yang di tujukan oleh Abu Bakar yang memerangi orang-orang yang ingkar atau murtad terhadap ajaran islam seperti tidak mau membayar zakat, dan mengaku sebagai Nabi.
2) Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang memungkinkan terlaksananya ajaran agama. Usaha ini di lakukan oleh khulafaurrasyidin dengan mengumpulkan Al-Qur’an yang berserakan
3) Menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan Islam dapat berkembang di seluruh dunia. Upaya ini dilakukan antara lain dengan memperluas wilayah dakwah islam selain ke jazirah Arabia juga ke Irak, dan ke Syiria
4) Melahirkan para kader pemimpin umat, pendidik dan da’i yang tangguh dalam mewujudkan syi’ar islam, upaya yang di lakukan antara lain seperti halaqoh kajian terhadap Al-Qur’an, Al-Hdits, hukum Islam,dan fatwa. Upaya ini pada tahap selanjutnya melahirkan para ulama dari kalangan tabi’in.
Lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan di zaman khulafaurrasyidin seperti itu tidak terlepas dari situasi sosial dan politik yang terjadi di wilayah kekuasaan islam pada saat itu, khususnya di Mekah dan Madinah. Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman khulafaurrasyidin pusat pemerintahan berada di Madinah, yang penduduknya terdiri dari latar belakang agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan lainnya yang berbeda.
Keadaan masyarakat Madinah yang demikian itulah yang mempengaruhi lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, latar belakang  tersebut hanya berperan sebagai pemicu lahirnya visi, misi, dan tujuan tersebut. Adapun ketika visi, misi dan tujuan tersebut lahir di maksudkan untuk seluruh umat manusia.

b.   Metode Pembelajaran
Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain dengan bentuk halaqah. Yakni guru duduk di sebelah ruangan masjid kemudian di kelilingi oleh para siswa. Menyampaikan ajaran kata demi kata dengan artinya kemudian menjelaskan kandungannya, sementara para siswa menyimak, mencatat, dan mengulanginya apa yang di kemukakan oleh guru.[3]
Az-Zarnuji menuliskan, didalam kitabnya ta’lim-muata’alimmenasehatkan agar pelajra tidak memilih sendiri mata pelajaran yang akan dipelajarinya, yang terlebih baik ialah menyerahkan hal itu kepada guru yang telah banyak pengalaman untuk memilihnya yang sesuai dengan si murid.[4]
6.    Keutamaan Abu Bakar
Pertama, Dijamin masuk surga dan memasuki semua pintu yang ada di sana, padahal saat itu beliau masih menjejakkan kaki di muka bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah, mereka yang berpuasa akan dipanggila dari pintu puasa, yaitu pintu Rayyan. Lantas Abu Bakar bertanya; “Jika seseorang (yang masuk surga) dipanggil dari salah satu pintu, itu adalah sebuah kepastian. Apakah mungkin ada orang akan dipanggil dari semua pintu tersebut wahai Rasulullah?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar, dan aku berharap kamu termasuk diantara mereka, wahai Abu Bakar.” (HR. al-Bukhari & Muslim).
Kedua, Abu Bakar adalah laki-laki yang paling dicintai oleh Rasulu shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi shallallahu’alahi wa sallam, “Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim).
Ketiga, Allah mempersaksikan bahwa Abu Bakar adalah orang yang ikhlas dalam mengamalkan ajaran Islam. Allah Ta’ala berfirman,
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى. الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ. وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَىٰ. إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ. وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)
Para ulama, di antaranya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini beliau berkata, sebab turun ayat ini adalah berkaitan dengan Abu Bakar ash-Shiddiq (Tafsir as-Sa’di, Hal: 886).
Keempat, orang-orang musyrik menyifati Abu Bakar sebagaimana Khadijah menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Bakar adalah salah seorang sahabat yang diperintahkan Rasulullah untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Meskipun Abu Bakar lebih senang berada di sisi Rasulullah, namun Rasulullah mengkhawatirkan keselematan Abu Bakar karena kabilahnya termasuk kabilah yang lemah, tidak mampu melindunginya dari ancaman orang-orang kafir Quraisy.
Dalam perjalanan menuju Habasyah, saat sampai di suatu wilayah yang bernama Barku al-Ghumad, Abu Bakar berjumpa dengan seseorang yang dikenal dengan Ibnu Dughnah yang kemudian menanyakan perihal tentangnya. Lalu Ibnu Dughnah mengajaka Abu Bakar kembali ke Mekah dan ia berkata kepada kafir Quraisy, “Apakah kalian mengusir orang yang suka menghilangkan beban orang-orang miskin, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu, dan selalu menolong di jalan kebenaran?” (Riwayat Bukhari). Sifat yang sama seperti sifat yang dikatakan Ummul Mukminin Khadijah tatkala menenangkan Rasulullah tatkala pertama kali menerima wahyu.
Oleh karena itu, tidak heran sampai-sampai Umar bin al-Khattab menyifati keimanan Abu Bakar dengan permisalan yang sangat luar biasa. Umar mengatakan, “Seandainya ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh penduduk bumi, niscaya lebih berat iman Abu Bakar.” (as-Sunnah, Jilid 1 hal. 378).

7.     Meneladani Perilaku Abu Bakar As Siddiq.
Sebagai sahabat Nabi tentu Abu Bakar memiliki ahlak yang luhur dan dapat diteladani oleh kita semua. Sifat yang patut kita teladaani dari Abu Bakar antara lain:
  1. Kasih sayang, suka menolong dan dermawan.
Abu Bakar adalah salah satu sahabat kaya raya yang dermawan. Bahkan sejak masuk Islam, dia telah mempersilahkan Rasulullah menggunakan harta bendanya untuk berdakwah demi kejayaan agama Islam. Abu Bakar adalah sosok yang pengasih. Hal ini dibuktikan dengan penebusan kepada seorang budak yang disiksa oleh majikannya karena masuk Islam, dialah Bilal bin Rabbah. Tidak hanya Bilal, masih banyak lagi budak-budak beragama Islam yang dibebaskan oleh Abu Bakar. Kasih sayang, suka menolong dan dermawan merupakan ahlak yang sangat dianjurkan dalam Islam. Salah satu asmaul husna adalah ar rahman dan ar rahim, artinya pengasih dan penyayang. Dalam Al Quran dan hadis kita juga dianjurkan untuk saling menolong. Allah menyuruh kita tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa, namun dilarang tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Mendermakan sebagian harta kita untuk orang lain yang membutuhkan akan dapat mengurangi dosa kita, menjadikan harta kita bersih dan rizki akan bertambah banyak.
  1. Rendah hati
Sikap rendah hati Abu Bakar terlihat ketika berpidato di awal pemerintahannya. Abu Bakar berkata kepada umat Islam, ”Bantulah aku jika aku berada di jalan yang benar, dan bimbinglah aku jika aku di jalan yang salah. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jika aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka janganlah engkau mengikutiku.”
Penyebab iblis menjadi musuh kekal manusia dan diturunkan dari surga adalah karena sifat sombong iblis. Allah sangat menyukai orang yang rendah hati, sebaliknya Allah sangat mengutuk orang yang sombong. Dalam hadis dijelaskan bahwa orang yang sombong tidak akan dapat mencium wanginya surga.
  1. Berjiwa tenang.
Ketika Rasulullah meninggal dunia, semua orang begitu sedih karena merasa kehilangan orang yang sangat dicintai. Bahkan Umar bin Khattab sangat marah dan menghunuskan pedang ketika ada orang yang memberi kabar bahwa Rasululllah meninggal. Namun tidak demikian dengan Abu Bakar, dia menampakkan kepasrahannya, dia menerima dengan ikhlas atas meninggalnya Rasulullah.
  1. Suka bermusyawarah
Sebagai seorang pemimpin Abu Bakar jauh dari sifat otoriter. Dia selalu memutuskan persoalan yang dihadapi umat Islam dengan jalan musyawarah. Hal ini bisa dilihat ketika Abu Bakar jatuh sakit dan merasa ajalnya sudah dekat. Dia memanggil para tokoh Islam dari berbagai suku untuk diajak musyawarah menentukan siapa pengganti khalifah setelah dia meninggal. Meskipun pada akhirnya Abu Bakar menunjuk sendiri Umar bin Khattab sebagai penggantinya namun dia tetap menawarkannya kepada para sahabat yang lain.
  1. Setia
Saat Rasulullah berturut-turut ditinggal wafat oleh orang-orang yang disayanginya, Abu Bakar adalah orang yang pandai menghibur Rasulullah. Abu Bakar juga selalu mendampingi dakwah Rasulullah, baik dalam keadaan bahagia maupun bahaya. Ketika Nabi mendapatkan perlawanan dari kaum kafir Quraisy, Abu Bakar selalu membela Rasulullah, bahkan beberapa kali Abu Bakar berhasil menghentikan perbuatan orang kafir Quraisy yang akan membunuh Rasulullah. Kesetiaan Abu Bakar terhadap Rasulullah juga dibuktikan ketika Abu Bakar mendampingi Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Padahal kejaran kaum kafir Quraisy adalah bahaya yang mengancam ketika itu, namun Abu Bakar telah membuktikan kesetiaannya untuk menemani Rasulullah sampai di Madinah.



8.     Meneladani Abu Bakar
Pertama, Meneladani Kecintaannya Kepada Rasulullah.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia menceritakan, setiap harinya Rasulullah selalu datang ke rumah Abu Bakar di waktu pagi atau di sore hari. namun pada hari dimana Rasulullah diizinkan untuk berhijrah, beliau datang tidak pada waktu biasanya. Abu Bakar yang melihat kedatangan Rasulullah berkata, “Tidaklah Rasulullah datang di waktu (luar kebiasaan) seperti ini, pasti karena ada urusan yang sangat penting”. Saat tiba di rumah Abu Bakar, Rasulullah bersabda, “Aku telah diizinkan untuk berhijrah”. Kemudian Abu Bakar menanggapi, “Apakah Anda ingin agar aku menemanimu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Iya, temani aku”. Abu Bakar pun menangis. Kemudian Aisyah mengatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang menagis karena berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”.
Abu Bakar kemudian berkata, “Wahai Nabi Allah, ini adalah kedua kudaku yang telah aku persiapkan untuk hari ini”. Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Subhanallah! Abu Bakar menangis bahagia karena bisa hijrah bersama Rasulullah. Padahal hijrah dari Mekah ke Madinah kala itu benar-benar membuat nyawa terancam, meninggalkan harta, meninggalkan keluarga; anak dan istri yang ia cintai, tapi cinta Abu Bakar kepada Rasulullah membuatnya lebih mengutamakan Rasulullah daripada harta, anak, istri, bahkan dirinya sendiri.
Kedua, Menangis Saat Membaca Alquran.
Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang amat lembut hatinya sehingga tatkala membaca Alquran, matanya senantiasa berurai air mata. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit menjelang wafatnya, beliau memerintahkan Abu Bakar agar mengimami kaum muslimin. Lalu Aisyah mengomentari hal itu, “Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang yang sangat lembut, apabila ia membaca Alquran, ia tak mampu menahan tangisnya”. Aisyah khawatir kalau hal itu mengganggu para jamaah. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerintahkan agar Abu Bakar mengimami kaum muslimin. Karena bacaan Alqurannya pula, orang-orang kafir Quraisy mengeluh kepada Ibnu Dhughnah orang yang menjamin Abu Bakar- agar ia meminta Abu Bakar membaca Alquran di dalam rumahnya saja, tidak di halaman rumah, apalagi di tempat-tempat umum. Mereka khawatir istri-istri dan anak-anak mereka terpengaruh dengan lantunan ayat suci yang dibaca oleh Abu Bakar.
Ketiga, Berhati-Hati Terhadap Harta Yang Haram Atau Syubhat.
Dikisahkan pula dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: “Abu Bakar ash-Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata, ‘Apakah Anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya, ‘Dari mana?’ Ia menjawab, ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Yang Anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan.” (HR.Bukhari).
Hadits dari Anas bin Malik. Ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (HR. Bukhari).

9.     Proses Peralihan Kepemimpinan dari Rasulullah Saw. kepada Abu Bakar
Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan Nabi dan selalu menemani Nabi baik di waktu senang atau susah seperti ketika menemani Nabi hijrah, dan selalu menjadi orang yang pertama kali mempercayai apa yang telah diberitakan Rasulullah seperti ketika Isra' Mi'raj. Selain itu ia juga adalah salah satu sahabat yang pandai, cerdas, sabar, rendah hati, ikhlas, dan dermawan s'ehingga setelah Nabi wafat, sahabat baik Muhajirin dan Ansar membaiat Abu Bakar untuk menjadi khalifah.
Adapun alasan dipilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah sebagai berikut
1. Abu Bakar lebih tua, otomatis lebih senior.
2. Beliau selalu dekat dengan Rasulullah sehingga mengetahui bagaimana cara memimpin umat dan negara.
3. Abu Bakar seorang yang dermawan, maka kekayaan yang dimiliki oleh Abu Bakar dipergunakan untuk perjuangan Islam.
4. Abu Bakar disegani orang-orang kafir Quraisy, karena beliau tegas, keras, tetapi baik hati.
5. Otaknya cerdas dan mau bekerja keras untuk umat Islam.
Dari masa Rasulullah dan Abu Bakar banyak sekali kejadian yang dapat dijadika pelajaran, salah satunya kisah ketika Abu Bakar menggantikan Rasulullah memberi makan dan menyuapi orang yahudi buta. Berikut salah satu kisah keteladanan Abu Bakar terhadap Nabi Muhammad saw,
“Di sudut pasar madinah al-munawarah seorang pengemis yahudi buta, hari  demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "wahai saudaraku jangan dekati muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".
Setiap pagi Rasulullah saw mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah saw menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama muhammad.
Rasulullah saw melakukannya setiap hari hingga menjelang beliau saw wafat.
Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis yahudi buta itu. Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah  kekasihku yang belum aku kerjakan", aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "wahai ayahanda engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja".
"apakah itu?", tanya Abu Bakar r.a.
Setiap pagi Rasulullah saw selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis yahudi buta yang berada di sana", kata aisyah r.ha.
Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. ia adalah Muhammad Rasulullah saw. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia. Pengemis yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.”
Nah inilah kisah keteladanan Abu Bakar, dari kisah di atas kita bisa mengambil hikmah, bahwa setiap perbuatan yg kurang menyenangkan yg kita dapatkan dari orang lain bukan menjadi alasan bagi kita untuk memusuhi orang tersebut, allah swt berfirman, secara singkatnya begini, berdakwalah kejalan tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yg baik dan lawanlah mereka yg tidak menyukaimu dengan cara yg baik pula. Terlepas dari apa martabat hadist dari kisah pengemis yahudi buta dan Nabi muhammad ini cerita ini hanya sekedar cerita, tujuan dari sebuah cerita adalah untuk di ambil hikmahnya tidak ada lainnya. Walaupun kisah ini kita dapat dari cerita umat terdahulu. Selagi sesuai dengan prinsip keuniversalan islam kita bisa menuliskan cerita itu agar di ambil hikmahnya.

D.   KESIMPULAN
Abu Bakar Al-Sidiq menjadi khalifah melalui pproses pemilihan oleh sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar yang berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah.setelah mereka bermusyawarah cukup alot karena masing-masing pihak menginginkan jabatan khalifah  maka akhirnya dengan semangat ukhwah Islamiyah yang tinggi, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah.
Pola pendidikan pada masa Khulafah Abu Bakar Sidiq tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran Islam yang bersumber pada Alquran dan Hadist Nabi.
Kurikulum yang di gunakan pada zaman Abu Bakar, selain berisi materi pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan, isi Al-Qur’an, Al-Hadits, hukum islam, kemasyarakatan, ketatanegaraan, pertahanan, keamanan, dan kesejahteraan. Pesrta didiknya di zaman Khalifaurrasyidin terdiri dari masyarakat yang tinggal di Meekah dan Madinah.Yang menjadi pendidik di zaman khulafaurrasyidin antara lain adalah Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, Ibn Abbas, Siti Aisyah, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Abu Dzar Al-Ghifari. Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain dengan bentuk halaqah, dan lembaga pendidikannya yaitu di mesjid, suffah, kuttab dan rumah.

D. DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zuhairi, dkk. 1997.  Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Abudin, Nata. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Media Group Grafindo.
Yunus, Muhammad. 1989.  Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: PT. Hida Karya Agung.
Saltut, Syekh  Muhammad. 1985. Aqidah dan Syari’at Islam. Jakarta 
http://thoriqulmubtadi.blogspot.co.id/2013/11/sistem-pendidikan-pada-masa-khalifah.html
http://kisahmuslim.com/4515-meneladani-abu-bakar-ash-shiddiq-radhiallahu-anhu.html
*) Makalah Prarevisi


[1] Badri, Yatim. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011), pp35-36
[2] Zuhairi,dkk. Sejarah Pendidikan Islam. ( Jakarta: Bumi Aksara,1997), pp 20-21

[3] Nata, Abudin. Sejarah Pendidikan Islam.( Jakarta: Media Group Grafindo,2011), pp 118-123
[4] Syekh, Mahmud Saltut.Akidah dan Syariah Islam. (Jakarta:1985),pp 74-76


Komentar