PENETRASI BARAT PEMICU KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM

PENETRASI BARAT PEMICU KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM



Disusun Oleh:
Hermansyah

MAKALAH PRAREVISI
Pemikiran dan Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Junanah, MIS


A.    Latar Belakang
Sebelum abad ke VII M pendidikan dan kebudayaan islam mengalami masa kejayaan yang mana kejayaan tersebut adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar sehingga berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan. Akan tetapi pada abad ke VIII M pendidikan dan kebudayaan islam tersebut mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena bangsa-bangsa Eropa berusaha untuk merembeskan kekayaan budaya islam ke barat, dan bersamaan waktunya dengan datangnya bangsa timur untuk menghancurkan dan memusnahkannya. Peristiwa mundurnya kaum muslimin dari Spanyol dan keruntuhan Baghdad dengan segala akibatnya adalah merupakan masa semakin memudarnya mercusuar kebudayaan islam.
Puncak kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal di berbagai pusat kebudayaan Islam. Hal ini dipengaruhi oleh jiwa dan semangat kaum muslimin pada waktu itu yang sangat dalam penghayatan dan pengamalannya terhadap ajaran Islam. Namun pendidikan Islam yang pernah mengalami masa puncak tersebut, lambat laun mulai mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa ini belangsung sejak jatuhnya kota Baghdad di bagian Timur dan kota Cordova di bagian Barat yang keduanya adalah menjadi pusat pendidikan Islam pada waktu itu. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga menjadi sebab kemunduran pendidikan Islam.
Dengan demikian, dalam sebuah lembaga pendidikan pasti terjadi pertumbuhan dan perkembangan, dan ini sama halnya dengan pendidikan Islam. Dalam pendidikan Islam ada beberapa masa yaitu masa perintisan, masa kejayaan, masa kemunduran, dan ada pula masa pembaharuan. Maka dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan beberapa bagian penting yang terkait dengan masa kemunduran yang terjadi sekitar abad 13-18 Masehi, yaitu; latar belakang sosial politik, faktor-faktor penyebab, kebangkitan pendidikan barat, profil pendidikan Islam, dan ulama terkenal pada masa kemunduran.
B.     Rumusan Masalah
1.      Kapan masa kemundurannya Pendidikan islam?
2.      Apa yang menyebabkan mundurnya Pendidikan Islam?
3.      Dalam bidang apa saja kemunduran Pendidikan Islam?
4.      Apa faktor barat melakukan penetrasi?
5.      Bagaimana bangkitnya Pendidikan Barat

C.    Pembahasan
1.      Masa Kemunduran Pendidikan Islam
Tampilnya dinasti Abasiyah yang menggantikan dinasti Umayyah dalam peradaban Islam membawa corak baru dalam budaya Islam dan terutama dalam bidang pendidikan Islam. Pada periode pertama dinasti Abasiyah (132 H/750 M-232 H/847 M), dunia pendidikan Islam mengalami masa kejayaannya (lahirnya sekolah-sekolah yang tak terhitung banyaknya yang tersebar dari kota-kota sampai desa-desa) dan sekaligus pada periode kedua dinasti Abasiyah (847 M-942 M) menjadi awal kemunduran intelektual Islam dan terlihat nyata pada periode kelima (akhir dinasti abasiyah 1258 M).[1] Hal ini sesuai dengan siklus sejarah yang bersifat faktual yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya, yaitu ada generasi perintis, generasi penerus, generasi penikmat, dan generasi penghancur.
Beberapa hal yang melatar belakangi dinasti tersebut mundur/hancur, tentunya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan Islam di dunia. Adapun beberapa hal yang menjadi akar kehancurannya yaitu; adanya faktor internal (konflik dalam keluarga Istana, dominasi militer, keuangan, berdirinya dinasti-dinasti kecil, luasnya wilayah, dan fanatisme keagamaan/aliran-aliran) dan faktor ekternal (terjadinya perang salib dan serangan tentara Mongol).[2]   Sedangkan Islam di bagian Barat telah mengalami kemajuan dan kesuksesan selama kurang lebih delapan abad. Spanyol dengan pusat ibu kotanya di Cordova telah menjadi kiblat ilmu pengetahuan yang menyaingi Baghdad. Perkembangan ilmu pengetahuan di Spanyol juga mengalami kemandekan bahkan kemunduran sebagaimana kota Baghdad karena beberapa faktor: (1) adanya konflik kekeluargaan karena tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan diantara ahli waris, (2) lemahnya figur dan kharismatik para khalifah pengganti, (3) perselisihan di kalangan umat Islam sendiri, (4) konflik Islam dengan Kristen di dalam negeri karena kebijakan pemerintah tidak melakukan islamisasi secara sempurna, (5) munculnya kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan.[3]  Dalam posisi yang lemah tersebut kemudian dimanfaatkan oleh orang Kristen Spanyol untuk menyerang dan menghancurkan Islam. Hancurnya kekuasaan Islam di Baghdad dan Cordova adalah sebagai faktor utama yang melatar belakangi kemunduran pendidikan Islam.
Dan pada kemajuan yang kedua ini sangat identik dengan militeristik. Namun kegiatan intelektualisme semakin menurun, hampir di seluruh pelosok negeri. Kerajaan secara umum diatur untuk menghadapi peperangan ketimbang memakmurkan rakyatnya, dan membangun kawasan yang tak terjangkau oleh tangan pemerintah. Namun pada tahun 1525, adalah masa kemunduran dunia Islam. Terutama dibidang politik, bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan keagamaan.
2.      Penyebab Mundurnya Pendidikan Islam
a.    Kejatuhan Baghdad di Timur dan Cordova di Barat
1)      Kejatuhan Baghdad (1258 M)
                        Masa Daulah Abbasiyah dikenal sebagai masa keemasan. Namun, dengan kejatuhan Baghdad di Timur (1258 M) sebagai awal periode kemunduran pendidikan yang ditandai kemunduran intelektual. Menurut para sejarah diantara faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan daulah abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi dua faktor: (1) faktor internal, (2) faktor eksternal.
a)      Faktor Internal
       I.            Perpecahan ,perebutan kekuasaan dan pengaruh dalam keluarga Abbasiyah sendiri. Walaupun hal tersebut terjadi di dalam lingkungan keluarga sendiri, namun mempunyai pengaruh yang dalam dan luas sampai ke pendidikan islam.
    II.            Gaya hidup yang berlebih-lebihan, oleh sebagian khalifah bahkan diikuti oleh keluarga, mereka dapat mendatangkan malapetaka. Sebagaimana pada diri khalifah al-Mu’taz. Al-mu’taz adalah khalifah pertama yang mengadakan kendaraan dengan memakai hiasan emas. Sehingga mereka menghabiskan uang yang tersedia di Bait al-Mal.
 III.            Kelemahan sebagian dari khalifah, khalifah merupakan pusat dari struktur kekuasaan pemerintahan, seharusnya dipegang oleh orang-orang yang kuat dipandang dari berbagai segi. Namun, pada masa kemunduran kelemahan khalaifah merupakan sebab diantara sekian banyak sebab-sebab yang membawa kemunduran dan kehancurandi bidang pemerintahan.
 IV.            Pada masa tertentu hanya sebagai lambang, khalifah tunduk dibawah kekuasaan orang-orang yang berkuasa dibawahnya. Khalifah sewaktu-waktunya dapat diturunkan bahkan kalau perlu dapat saja dibunuh.
    V.            Persaingan dan pertentangan antar unsur Arab, Persia, dan Turki, pada masa Daulah Abbasiyah itu erat sekkali kaitannya dengan perpecahan dan perebutan kekuasaan serta pengaruh dalam keluarga khalifah
 VI.            Perpecahan yang disebabkan perbedaan mazhab, menyebabkan terjadinya pertentangan dan perpecahan karena masing-masing mazhab mengaku bahwa mazhabnya yang benar dan mazhab yg lain adalah salah.
b)      Faktor-faktor Eksternal
       I.            Berkembangannya ajaran teologi asy’ari dan tasawuf al-Ghazali yang mengajarkan tawakal dan fatalisme
    II.            Dominan pengaruh Turki di dunia Islam
 III.            Serangan Mongol ke Baghdad
 IV.            Perang Salib

2)      Kejatuhan Cordova (1236 M)
            Setelah mencapai kemajuan dan kesuksesan kurang lebih selama delapan abad Andalusia (Spanyol) menjadi kiblat ilmu pengetahuan. Jika Baghdad mengalami masa kemunduran dan kehancuran setelah mencapai puncak kejayaannya, maka Cordova di Andalusia mengalami hal yang sama.
a)      Faktor Internal
       I.            Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di antara ahli waris kerajaan.
    II.            Lemahnya figur dan kharismatik yang dimiliki khalifah. Khalifah tidak lebih sebagai simbol saja, sedangkan yang menjalankan pemerintahan sepenuhnya ditangan Wazir.
 III.            Terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam itu sendiri yang disebabkan perbedaan kepentingan
 IV.            Tatkala umat islam menguasai Andalusia,kebijakan para penguasa Muslim tidak melalukan Islamisasi secara sempurna tetapi membiarkan orang-orang kristen mempertahankan hukum dan tradisi mereka asalkan tetapkan tetap membayar upeti dan tidak mengadakan perlawanan bersenjata. Dan tatkala umat islam mengalami kelemahan,mereka bangkit menghancurkan umat islam.
    V.            Munculnya Muluk al-Thawaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang masing-masing saling berebut kekuasaan.
b)      Faktor Eksternal
Daulah Ummayyah yang berada dalam posisi yang lemah karena faktor-faktor tersebut diatas, muncul serangan dari kristen yang sudah menyatu. Akibatnya Cordova jatuh di bawah kekuasaan Kristen. Dengan jatuhnya Cordova, mka daerah kekuasaan Daulah Umayyah yang lainnya dapat pula dikuasai oleh orang Kristen dengan mudah.[4]
             M.M Sharif dalam bukunya Muslim Thought, mengungkapkan gejala kemunduran pendidikan dan kebudayaan islam tersebut sebagai berikut: “...telah kita saksikan bahwa pikiran Islam telah melaksanakan satu kemajuan yang hebat dalam jangka waktu yang terletak diantara abad ke VIII dan abad ke XIII M...sebagai satu perbekalan yang matang untuk menjadi dasar pokok dalam mengadakan pembangkitan Eropa(renaissance)”
            Selanjutnya diungkapkan oleh M.M Sharif, bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke XIII M dan terus melemah sampai abad ke XVIII M.
       I.            Telah berkelebihan filsafat Islam, Al-Ghazali mendapat sukses di Timur dan Ibnu Rusyd mendapat sukses di Barat.
    II.            Umat islam terutama para pemerintahannya melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.
 III.            Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan.[5]
            Dengan semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan kebudayaan islam, karna daya intelektual generasi penerusnya tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru. Kehancuran total yang dialami oleh kota Baghdad dan Granada sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan,menandai runtuhnya sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin yang diwarnai dengan berkembangnya berbagai macam aliran sufi yang karena terlalu toleran terhadap ajaran mistik yang berasal dari agama lain (Hindu, Budha, Neo Platonisme) telah memunculkan berbagai macam tarikat yang menyimpang jauh dari ajaran islam, telah memunculkan berbagai tariqat yang menyimpang jauh dari ajaran agama islam.[6]
b.    Corak Kemunduran Pendidikan Islam
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad dan Cordova sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Daya intelektual umat islam tidak mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru sebagai akibat perkembangan zaman. Dan sebagian besar negeri Islam dijajah oleh bangsa Barat.
Corak kemunduran pendidikan Islam dapat diliat dari beberapa aspek:
1)      Bidang intelektual
            Kemunduran dalam bidang intelektual ditandai dengan ketidakmampuan umat Islam untuk mempergunakan akalnya dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman. Menurut fazlal Rhman gejala kemunduran intelektual ditandai dengan penutupan Ijtihad(pemikiran yang original dan bebas)
2)      Bidang akidah dan ibadah
            Perbuatan syirik dan khurafat sudah membudaya, sedangkan dalam bidang ibadah adalah dengan masuknya hal-hal yang bersifat bid’ah ke dalam pengalaman ibadah. Menurut M.Nathir akibat perbuatan syirik bid’ah dan khurafat maka kemurnian tauhid terancam.
3)      Bidang hukum
            Kemunduran dalam bidang hukum disebabkan ditutupnya pintu ijtihad, yang terjadi adalah berkembangnya taklis buta dikalangan umat islam. Dengan sikap hidup yang fatalistis tersebut kehidupan mereka sangat statis.
4)      Bidang kurikulum
            Terlihatdari sedikitnya mata pelajaran dilembaga pendidikan Islam di seluruh dunia Islam. Mata pelajaran agama yang berorientasi kepada kehidupan akhirat seperti fiqh, akhlak, tasawuf lebih banyak dibanding dengan ilmu-ilmu keislaman yang berorientasi kepada kehidupan dunia seperti filsafat, ilmu fisika, matematika, biologi dihilangkan bahkan ada lembaga yang mengharamkan mata pelajaran filsafat.
5)      Bidang karya ilmiah
             Pada masa kemunduran tidak ada lagi buku-buku ilmu keislaman yang dihasilkan oleh para sarjana muslim. Pembelajaran tidak menghasilkan ilmu yang baru tetapi hanya menghasilkan syarah(komentar). Karya-karya tertentu mengenai teologi rasional tertimbun dalam lebih dari setengah lusin lapisan komentar.
6)      Bidang kehidupan dan tradisi kelembagaan
             Pada masa kemunduran ini kehidupan di lembaga pendidikan di tengh-tengah masyarakat adalah kehidupan Zuhud. Akibat kehancuran ini dalam bidang kehidupan intelektual dan material adalah beralihnya secara dratis pusat-pusat kebudayaan dari dunia Islam ke Eropa. Dalam kondisi ini menyebabkan umat islam mencari peganagn dan sandaran hidup yang bisa mengarahkan kehidupan mereka. Paham jabariyah dalam islam menyebar luas. Dengan kondisi seperti itu berkembanglah berbagai sistem riyadah dan atau cara tertentu yang dikembangkan untuk para murid yang disebut “Thariqat”.
             Keadaan yang demikian berlangsung selama masa kemunduruan kebudayaan dan pendidikan islam sampai dengan abad ke 12 H/ 18 M. Baru pada pertengahan abad ke 12 H/ 18 M tersebut timbullah disana—sini usaha untuk mmengadakan permurnian kembali ajaran-ajaran Islam yang nampak di Jazirah Arab oleh Muhammad Ibnu Abd al-Wahab(1115-1206 H)  dan di India oleh Syah Waliullah (1113-1176 H) .Usaha pemurnian tersebut mengarah kepada dua sasaran pokok yaitu
       I.            Mengembalikan ajaran islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, membuang segala bi’dah dan khurafat serta pengaruh dari ajaran lainyang dimasukkan oleh kaum sufi
    II.            Membuka pintu ijtihad yang telah beberapa abad sebelumnya dinyatakan ditutup.Gerakan pemurnian ini adalah merupakan tahap awal dari gerakan pembaharuan yang nanti dilaksanakan pada akhir abad ke 13H/19 M.

3.      Faktor - Fahtor Penyebab Barat Melakukan Penetras
Dari awal penjajahan Barat, yaitu perang salib, umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penetrasi yang dilakukan oleh negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam. Tidak terhingga kerugian yang diakibatkan oleh penjajahan tersebut, baik kerugian hasil budaya dan peradaban manusia maupun kerugian material maupun korban jiwa.[7]
Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain memang mempunyai tehnologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam. Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam. Tidak terhingga kerugian yang diakibatkan oleh penjajahan tersebut, baik kerugian hasil budaya dan peradaban manusia maupun kerugian material maupun korban jiwa, bahkan Richand yang digelari berhati surga menyembelih 27.000 orang tawanan Islam.[8]
Selain berupa penaklukan dan penyerangan negara-negara Barat juga banyak melakukan penindasan, penghisapan dan perbudakan, yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Penindasan dilakukan kepada wilayah-wilayah yang telah dikuasainya untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Penghisapan terutama pada hasil bumi dan kekayaan alam negara yang dijajahnya serta perbudakan banyak dialami oleh orang-orang Islam yang wilayahnya telah jatuh ke tangan negara-negara Barat.Perang Salib menjadi awal mula penetrasi Barat terhadap dunia Islam. Sejak itu lahirlah imperialisme dengan bentuk penindasan, penghisapan, perbudakan yang merupakan lembaran hitam umat manusia yang hina, keji dan jahat. Bangsa Barat mempunyai semboyan yang terkenal dengan M3 (Mercenary, Missionary, Military), yaitu keuntungan, penyiaran agama dan perluasan daerah militer.[9]

4.      Kebangkitan Pendidikan Barat
Kebangkitan Barat dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan ditandai dengan zamanRenainssance (lahir kembali), setelah mereka mengalami zaman pertengahan yang telah dikungkung oleh dominasi dogma-dogma Gereja. Keadaan seperti itu mengakibatkan perkembangan pendidikan menjadi mandek dan mengalami kegelapan. Oleh sebab itu di dalam kegelapan itu mereka merenung mencari alternatif, sehingga teringat suatu zaman yang berpendikan maju, pemikiran tidak dikungkung yaitu zaman Yunani kuno.[10]
Kebangkitan Barat yang telah mencapai kedudukan setara dengan kebudayaan-kebudayaan besar terjadi pada abad ke-16. Masa ini adalah proses tranformasi yang sangat penting yang akan memungkinkan Barat akan menguasai dunia secara keseluruhan. Perkembangan ini telah disiapkan Barat sejak dari 300 tahun. Sebagai masyarakat agraris konvensional, Eropa telah mentransformasikan diri dari lapisan atas hingga lapisan bawah, dan menata ulang seluruh sektor ekonomi, sosial, agama, pendidikan, politik, dan intelektual secara keseluruhan.[11] Kebangkitan Eropa ini barang tentu sangat didukung oleh kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Pada masa ini telah ditandai dengan banyaknya temuan dibidang sains dan munculnya beberapa tokoh ilmuwan, seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543), Johanes Kepler (1571-1630), Galileo Galilei (1564-1643), dan lain sebagainya.[12]
Kebangkitan kembali Barat dalam segala sektor, khususnya ilmu pengetahuan tidak lepas dari pengaruh pemerintahan Islam. Islam yang pada masa kejayaan telah menganut pola pemikiran yang rasional, mementingkan akal pemikiran, yang dapat menimbulkan pola pendidikan empiris rasional, serta memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material sedikit demi sedikit telah berpindah ke Barat.
Perpindahan ilmu pengetahuan ini melalui daerah-daerah yang terjadi kontak langsung antara Islam dan Barat yaitu melalui Andalusia, pulau Silsilia (Italia), dan perang Salib. Di Andalusia saat Spanyol jatuh ke tangan kekuasaan raja Alfonso VII pada tahun 1236 M, orang Spanyol Kristen, sebagai kata Hitti telah terpesona pada peradaban Islam yang gemilang, serta sadar atas kerendahan mereka dalam seni, sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan serta mereka segera mencontoh Arab dalam cara hidup. Di pulau Silsilia saat penguasaan bani Aghlab berakhir, Constatin African mendirikan sekolah tinggi kedokteran yang menjadi sekolah tinggi kedokteran pertama di Eropa sebagai pengembang llmu kedokteran Islam. Banyak buku-buku kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin, seperti karangan Hunain bin Ishaq, Ali Abbas, dan ar-Razi.[13]

D.    Penutup
Kemunduran pendidikan Islam secara meyeluruh baik di dunia Islam bagian Timur yang berpusat di Baghdad dan dunia Islam bagian Barat yang berpusat di Cordova adalah disebabkan oleh hancurnya kekuasaan pemerintah Islam yang meliputi sosial, politik, dan keagamaan.Kemerosotan intelektual ini ditandai dengan bergesernya tradisi Islam yang dulunya bersifatmementingkan akal pemikiran yang dapat menimbulkan pola pendidikan empiris rasional, serta memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material ke tradisi tradisional yang bersifat fatalistik dan bertaklid buta.
Tradisi Islam yang maju dan bernilai tinggi ini lambat laun telah berpindah ke Barat, sehingga mendorong gerakan kebangkitan kembali (renaissance)  dengan menterjemah karya-karya Arab ke bahasa latin. Kemajuan Eropa dalam berbagai sektor kemudian memicu kesadaran umat Islam akan ketertinggalan dan kegelapanya dalam ilmu pengetahuan. Dengan berbagai upaya umat Islam berusaha untuk bangkit kembali dari tidur lelap dan mengejar ketertinggalan dari Barat.










Daftar Pustaka
Armstrong, Karen, 2003, Sejarah Singkat Islam, Yogyakarta: Jendela,
Nata, Abudin, 2004, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,
Nizar, Samsul. editor. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet: Ke-3.
Sunanto, Musrifah, 2003, Sejarah Singkat Islam, Jakarta Timur; Prenata Media,
Tafsir, Ahmad, 1990, Filsafat Umum, Bandung, PT Remaja Rosyda Karya,
Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam mulia.
Syarif, Muslim Thought Diponegoro, Bandung,
Zuhairini, dkk. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta.
http://santri-apis.blogspot.co.id/2011/08/pendidikan-islam-masa-kemunduran.html Sulhan Habib, A. Qomarudin,  As’ad Badrudin,  Pendidikan Islam Masa kemunduran, di akses Pukul 19.00, 30 Maret 2018
http://triwidayati05.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sejarah-peradaban-islam.html Triwidayati Masa Kemunduran Pendidikan Islam,  di akses Pukul 19.00, 30 Maret 2018
http://www.ramahnusantara.com/2011/04/penetrasi-barat-ke-dunia-islam.html Ramah Nusantara, Penetrasi Barat Ke Dunia Islam, di akses Pukul 19.00, 30 Maret 2018



[1] Samsul Nizar. editor. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet: Ke-3. Hlm 183.
[2] Samsul Nizar. editor. 2009. Hlm 184-189
[3] Ibid
[4] Ramayulis. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: kalam mulia,hal.109
[5] M.M. Syarif, Muslim Thought Diponegoro, Bandung, hal. 161-164
[6] Dra. Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta,2011. Hal.111
[7] Badul Hakim al-Afifi, Mausu’ah Alf Hudust Islami, Terj. Irwan Kurniawan (Bandung : Pustaka Hidayah, 2002) hal.330
[8] http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/penjajahan-barat-terhadap-dunia-islam/
[9] http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/penjajahan-barat-terhadap-dunia-islam/
[10] Ahmad Tafsir, 1990, FIlsafat Umum, Bandung, PT Remaja Rosyda Karya, hal: 125
[11] Karen Armstrong, 2003, Islam Sejarah Singkat, Yogyakarta: Jendela, hal: 163-164
[12] Ahmad Tafsir, Op.Cit, hal 126
[13]  Musrifah Sunanto, 2003, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur; Prenata Media, hal: 223-228

Komentar