PENDIDIKAN ISAM DI INDIA: STUDI PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN


PENDIDIKAN ISAM DI INDIA:
 STUDI PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN
Disusun Oleh:
NURUL IZAH



MAKALAH PRAREVISI
Peradaban dan Pemikiran Islam
Dosen Pengampu: Dr. Junanah, MIS

1.      Pendahuluan
Sayyid Ahmad Khan seorang yang berpengaruh pada abad ke19 dalam pendidikan terkhusus pada dunia pendidikan Islam yang berada di Negara India. Karena penjajahan dari Negara Inggris India pada waktu itu mengalami keterpurukan dan keterbelakangan. Sayyid Ahmad Khan adalah pelopor kemajuan bangsa India dari keterpurukan melalui ide-idenya yang cemerlang, dia mampu mengubah kondisi pendidikan umat islam menjadi lebih baik. Ia mendirikan Universitas yang mampu menghasilkan penerus-penerus Islam yang memiliki intelegensi yang bermutu, dan berpikiran maju sehingga tidak tertinggal oleh zaman dan mampu bersaing dengan Negara Barat.
Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa Persia dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 th, ia memasuki lapangan pekerjaan pada serikat India Timur. Kemudian bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi. Ia pulang kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia juga amat cakap dalam menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang mengantarkan namanya menjadi terkenal adalah Ahtar Al-Sanadid. Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang teruat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindhu India.
2.      Pembahasan
a.       Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan adalah keturunan dari nabi Muhammad melalui pertalian darah dari keturanan Fatimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Dari itulah beliau diberi gelar Sayyid. Nama lengkapnya adalah Sir Sayyid Ahmad Khan Ibnu al-Muttaqi Ibnu al-Hadi al-Hasani al-Dahlawi, lahir pada tanggal 18 Oktober 1817 di Delhi. Nenek moyang Sayyid Ahmad Khan berasal dari semenanjung Saudi Arabia, karena mendapat tekanan politik Bani Umayyah di Damaskus lalu pindah Persia. Akhirnya menetap di India pada masa pemerintahan Syeh Jehan di kerajaan Mughal. Kakeknya adalah pembesar istana pada masa pemerintahan Sultan Alamghir II (1754-1759) yang bernama Sayyid Ahmad Hadi.
Masa kecil Sayyid Ahmad Khan dilalui dalam kesenangan dan kecukupan, tetapi dengan wafat kakeknya, kekayaan keluarganya mulai menurun. Pada 1838 ayahnya meninggal dan keuntungan hasil tanah yang diperuntukkan baginya oleh pemerintah mulai hilang atau mulai dikurangi. Sayyid Ahmad Khan yang masih muda itu mulai mencari penghidupannya sendiri. Pertama-tama ia harus puas mendapat pengangkatan sebagai juru tulis tingkat rendahan, tetapi segera ia diangkat sebagai Munsif  (wakil hakim), dan pada tahun 1841 ditempatkan sebagai  Munsif  di kota yang bersejarah di Fatihpur Sikri.[1]
Pada waktu Sayyid Ahmad Khan lahir ayahnya membawa dia kepada Syaikh Ghulam Ali, sahabat kental ayahnya yang pada waktu itu sebagai Syaikh dari tarekat Mujaddidi. Syaikh itu kemudia memberikan nama Ahmad. Sayyid Ahmad Khan memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama secara tradisional atau bisa disebut juga pendidikan islam yang mengajarkan ilmu-ilmu agama (maktab) disamping itu juga ia belajar bahasa Arab dan Persia, Matematika, Mekanika dan Sejarah. Diantara cabang ilmuyang pengetahuan yang paling disenangi Ahmad Khan adalah Mekanika, ilmu ukur dan buku Euclides. Ia dikenal rajin dalam membaca dan memiliki wawasan yang sangat luas. Pertama-tama ia belajar dengan Syaikh Ghulam Ali  yang mengajarkannya bahasa  arab di Maktab. Lalu setelah belajar bahasa Persia, setelah itu belajar pendidikan formal lainnya. Pendidikan formal yang diperoleh waktu Sayyid Ahmad Khan tidaklah mendalam dan sistematis. Ia banyak mendapat bimbingan langsung dari ibunya, sehingga ia memperoleh pengetahuan yang biasa diajarkan di Maktab. Selain rajin ia juga gemar membaca berbagai buku ilmu pengetahuan dan ditambah juga pengetahuan-pengetahuan tentang masalah-masalah kenegaraan (ilmu pemerintahan). Pengenalannya dengan dunia Barat ia peroleh dari kakeknya dari pihak Ibunya Khawaja Fariduddin, yang pernah menjadi Perdana Menteri di Istana Mughal masa Sultan Akbar II selama delapan tahun.
Karya-karya Sayyid Ahmad Khan diantaranya: Terikh Sarkasi Bijnaur (1857) berisi tentang kronologis peristiwa perang pada tahun 1857 di Bijnaur. Asbab Beghawat Hind (1858) latar belakang terjadi peristiwa 1857. Tahzib al-Ahlak (1870) berisi tentang gagasan pendidikan, Atsar al-Sanaid (1874) berisi tentang penelitiannya tentang arkeologi di Delhi, Jami’il al-Jam (1840) berisi tentang sejarah singkat raja-raja Mughal, Essay On The Life Muhammad (1970) berisi tentang sejarah hidup Muhammad, Risalah Khair Khawahan Musulman bercerita tentang orang-orang saleh, Ahkam Ta’am al-Lul Kitab berisi tentang hukum memakan makanan ahlul kitab, Muhammad Anglo Oriental Collage (AOC) (1877) merupakan Perguruan Tinggi.[2]
b.      Pemikiran Sayyid Ahmad Khan
Inti dari pemikiran Sayyid Ahmad Khan adalah merubah konfrotasi menjadi kompromi, permusuhan menjadi persahabatan. Sikap menolak semua ide dari barat diubah dengan sikap kooperatif dengan mempelajari kemajuan peradaban dan teknologi yang ada pada penjajah tersebut. Baginya perlawanan terhadap Inggris hanya akan menambah kehancuran umat Islam.[3]
Terdapat banyak pemikiran-pemikiran Sayyid Ahmad Khan yang dipakai oleh penjajah Inggris ssehingga dapat memperbaiki hubungan baik antara India dengan Inggris, khususnya umat Muslim. Sehingga pada waktu itu kerajaan Inggris memberikan gelas Sir kepadanya atas jasa-jasanya. Hal ini terjadi karena sebelumnya terjadi pemberontakan pada tahun 1857 atas kemarahan umat islam karena ada informasi yang menyatakan bahwa penjajah Inggris melakukan kristenisasi di India.
Kedekatan dan sikap kompromi Sayyid Ahmad Khan terhadap pihak Inggris sesungguhnya didasari oleh kenyataan bahwa dua model pergerakan Islam di India yang pernah ada dan gagal, yaitu kelompok mlitan mujahidin dan kelompok reformis. Kelompok mujahidin gagal dengan pemberontakannya dan kelompok modernis kehilangan jati diri ke-India-annya sebab pemikirannnya sudah dijajah oleh Inggris.[4]
Delapan tahun Sayyid Ahmad Khan menyiapkan lembaga pendidikan dengan menggunakan metode dan system kurikulum Inggris. Bahkan bahasa pengantarnya bahasa Inggris, namun pelajaran agama tetap diajarkan. Pada tahun 1878, lembaga pendidikan ini berhasil diwujudkan dengan nama Muhammedan Anglo Oriental Collage (MAOC). Dalam lembaga ini, mahasiswanya tidak hanya orang Islam tetapi juga terbuka juga untuk orang India bahkan orang Inggris yang berada disana.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan ummat Islam memang besar, tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja. Dalam mengembangkan pendidikannya, Sayyid Ahmad Khan melengkapinya dengan lembaga-lembaga penerjemah (the translation society) untuk menerjemahkan buku-buku seni dan sains. Lembaga penerjemah ini didirikan di Moradabad (1559) dan Grazipur (1863). Tujuan kedua lembaga ini untuk menyebarkan pengetahuan modern, baik bidang sejarah, ekonomi, maupun sains serta menerjemahkan berbagai buku bahasa Inggris yang berkaitan dengan permasalahan penting kedalam bahasa urdu.
Da’wah di bidang pengajaran yang dipimpin dengan keikhlasan dan penuh wibawa oleh Sayyid Ahmad Khan ini, telah mendatangkan buahnya, dan mengisi kekosongan yang dirasakan di bidang budaya dan ekonomi dalam masyarakat Islam setelah stabilnya pemerintahan Inggris di India, dan-sampai batas tertentu-telah berhasil mengobati kegelisahan dan keputusasaan yang mereka rasakan. Universitas ini telah mengeluarkan pemuda-pemuda dan ahli-ahli piker pilihan, pemimpin-pemimpin politik dan sastrawan-sastrawam ulung serta pribadi-pribadi kuat yang telah mengendalikan gerakan Khalifat dan gerakan kemerdekaan India, serta turut memberikan sahamnya dalam mendirikan Negara Pakistan dan mengatur pemerintahannya di belakang.
Ketika pada masa penjajahan Inggris, Inggris melalakukan pemberontakan di kota Delhi. Terutama kaum muslim yang ditindas pada waktu itu. Ketika melihat penderitaan masayarakat muslim yang dibunuh secara missal yang tidak pandang bulu, pembakaran dan perampokan. Pertentangan Inggris sebenarnya adalah dengan para pemberontak dan kawan-kawannya. Tidak ada satu rumahpun yang aman. Orang sipil apabila kelihatan langsung ditembak. Semua orang terkemuka yang digambarkan oleh Sayyid Ahmad Khan dalam bukunya Asar-ul-Sanadid telah mati atau bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Masjid agung yang menjadi kediaman aristokrat Mughal dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Masjid Agung Syah Jehan diambil alih oleh militer, dan pers Anglo-India ramai memperdebatkan apakah masjid itu harus dihancurkan atau diubah menjadi gereja.
Ia merenungkan tragedi yang menimpa negrinya, dan mendapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan karena kebodohan. Oleh karena itu ia bertekad untuk mulai mendidik orang yang memerintah dan yang diperintah, dan menghilangkan sebab-sebab yang memungkinkan pertentangan dan salah paham. Tugas pertama ia mulai dengan bukunya Causes of the Indian Revolt, dan ia  teruskan sepanjang hidupnya dengan mengajukan pikiran-pikiran rakyatnya dengan berani. Untuk tujuan inilah maka pada tahun 1866, ia mendirikan “Britsh Indian Association” di Aligarh yang digambarkan sebagai pendahulu Kongres Nasional India, dan meskipun baru saja berdiri telah dapat melahirkan berbagai macam pandangan yang berguna dan efektif bagi Parlemen Inggris dan pemerintahan di India mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi rakyat India. Sayyid Ahmad Khan juga mengetahui bahwa pemberontakan tersebut dikatakan sebagai pemberontakan Muslim, dan umat Muslim ditindas dengan kekerasan. Ia berusaha untuk membetulkan kesan yang salah dari pejabat-pejabat Inggris, dan mulai menerbitkan majalah The Loyal Mahemmadans of India, di mana jasa orang-orang muslim terkemuka yang loyal disiarkan.[5]
Tetapi usaha-usaha tersebut terutama ditujukan kepada pendidikan umum bagi rakyatnya sendiri. Ia sadar bahwa jika rakyat tidak menerima pendidikan modern yang cukup maka keadaan mereka tidak akan tambah baik, dan tidak bisa menduduki kedudukan-kedudukan terhormat diantara bangsa-bangsa di dunia. Grah, penulis biografi Sayyid Ahmad Khan, menulis: “Motto Sayyid Ahmad Khan adalah didiklah!, didikklah!, didiklah!. ‘semua penyakit sosio-politik di India, ia pernah menyatakan kepada saya ‘bisa diobati dengan cara ini: obatilah akarnya dan pohonnya akan subur’.” Demikianlah, ia mulai mendirikan sekolah-sekolahan dimana saja ditempatkan. Sekolahan yang pertama pada tahun 1859 didirikan di Moradabad, dan yang kedua di Ghazipur pada tahun 1863. Kedua sekolahan tersebut didirikan dengan dukungan dari orang-orang terkemuka, Hindu dan Muslim, dan memperoleh simpati rakyat lebih daripada sekolahan-sekolahan yang dibuka oleh misionaris-misionaris Kristen yang mempunyai monopoli pendidikan modern pada waktu itu.[6]
Usaha pokok Sayyid Ahmad Khan bagi penyiaran ilmu (sebelum ia mendirikan perguruan tinggi Aligarh) adalah berdirinya The Scientific Society asalanya terkenal sebagai The Translation Society  yang dimulai dari Ghazipur pada januari 1864. Pada waktu mulai membuka sekolahan dan menentukan kurikulumnya, ia menyadari bahwa bahasa-bahasa India kurang mempunyai literature yang berguna mengenai ilmu-ilmu yang dibahas dengan bahasa-bahasa Barat. Dalam suatu pidato yang diberikan pada tahun 1863 di Calcutta ia menyatakan: “Tuan-tuan, mengapa kita dewasa ini sangat tertinggal di belakang? Karena kita memahami dan mengambil manfaat dari filsafat. Sains dan seni peninggalan-peninggalan lama, sehingga kita hampir-hampir saja sama sekali tidak mengeri filsafat, sains dan seni modern”. Ia berupaya untuk menutupi kekurangan ini dengan mendirikan suatu himpunan untuk memperoleh buku-buku yang berguna dari bahasa Inggris, kemudian diterbitkan ke dalam bahasa Urdu. Himpunan itu menerbitkan The Aligarh Institute Gazetta yang diusahakan untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan pendidikan dan penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Urdu termasuk History of India tulisan Elphinstone, Political Economy tulisan Mills, History of Persia tulisan Malcolm, dan masih banyak lagi buku-buku tentang pertanian, kimia, ilmu hewan, dan sebagainya.[7]
Pada tahun 1869 Sayyid Ahmad Khan, memperoleh beasiswa studi di Universitas Cambridge, Inggris. Di Inggris ia selain mengikuti kegiatan-kegiatan di kelembagaan. Selain mengikuti kegiatan kelembagaan Sayyid Ahmad Khan ia juga sempat menulis buku yang berjudul life of Muhamad buku tersebut sebagai bantahan dan kritikan terhadap tulisan Sir William Muir dan pembelaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Buku ini berisi sejarah tanah Arab, adat-istiadat, agama bangsa arab sebelum Nabi Muhmmad tentang soal apakah agama islam itu mempunyai pengaruh yang baik terhadap kemanusiaan umumnya dan terhadap agama Yahudi dan Kristen. Selanjutnya membicarakan nilai-nilai Al Quran dan Hadits. Isi pokok buku tersebut adalah mengenai pembelaan terhadap agama islam  atas celaan orang Eropa. Dan mengkritik lembaga islam pada waktu itu.
Sayyid Ahmad Khan menghabiskan banyak waktu di Inggris untuk menghilangkan konsepsi yang salah tentang Islam dan pendirinya. Banyak hal yang harus dibenahi oleh umat Muslim dari kehidupannya. Ia terkesan dengan kehidupn masyarakat di Inggris dengan kegiatan bekerja, kebersihan, ketepatan dan keteraturan cara hidup mereka. Sayyid Ahmad Khan berpikir bahwa rakyatnya harus memperbaharui diri mereka sendiri dalam banyak hal, dan merasa bahwa pendidikan yang benar adalah kunci bagi semua masalah ini.
Pada tahun 1870 Sayyid Ahmad Khan kembali ke India dan segera menerbitkan majalah Tahdzibul Akhlaq (pembaruan sosial) yang telah ia rencanakan dan bahkan sudah memperoleh alat cetak huruf blok pada waktu ia berada di Inggris. Nomor pertama dari Tahdzibul Akhalaq terbit pada tanggal 24 Desember 1870. Dengan majalah tersebut Sayyid Ahmad Khan memulai suatu kampanye yang kuat untuk meningkatkan moral dan tingkah laku umat Muslim di India. Anak yang dengan terus terang memberitahukan kepada Kaisar Mughal bahwa ia terlambat menghadiri resepsinya (dubar) karena ia tertidur, dan pejabat pemerintah yang menjual alat-alat dapurnya untuk mendapatkan uang guna menolak dan mengkritik buku yang ditulis oleh Gubernur yang sangat berkuasa dari propinsinya, tidaklah akan membagus-baguskan masalah yang berhubungan dengan kekurangan-kekurangan rakyatnya sendiri. Sayid Ahmad Khan adalah jujur dalam wataknya, dan pendapatnya pada umumnya baikdan masuk akal. Tetapi ketika ia tidak menyetujui suatu hal, maka ia tidak mau menyimpan ketidaksetujuannya untuk dirinya sendiri. Dalam Tahdzibul Akhalaq ia dengan keras mengritik semua adat kebiasaan yang dipandang menghambat kemajuan rakyat. Ia bandingkan adat kebiasaan orang Muslim India dengan adat kebiasaan bangsa-bangsa di dunia Barat, dan mempergunakan bahasa yang keras ia menyadarkan umat Muslim India pada kemunduruan serta kehancuran moral dan intelektualnya.[8]
Pembaruan kegamaan yang dilakukan Ahmad Khan, melalui jalur pendidikan dapat dilihat pada upayanya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang diberinya nama M.A.O.C. (Muhammedan Oriental College). Lembaga yang dibentuk pada tahun 1878 di Aligarh ini, disesuaikan dengan model sekolah di Inggeris. Bahasa yang digunakan pada lembaga ini ialah bahasa Inggeris. Direkturtnya berkebangsaan Inggeris, sedangkan guru dan stafnya kebanyakan berkebangsaan Inggris. Meskipun sebagian mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga ini adalah ilmu pengetahuan modern, ilmuilmu agama juga tetap diajarkan. Pada sekolah-sekolah Inggeris yang dikelola oleh pemerintah, mata pelajaran agama tidak diajarkan, sedangkan pada M.A.O.C., pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan agama tetapi diperhatikan dan dipentingkan. Lembaga ini terbuka bagi semua kalangan, baik orang Hindu, orang Parsi, maupun orang Kristen.[9] Lembaga ini dibentuk sesuai dengan model perguruan tinggi di Inggris dan bahasa Inggris menjadi bahasa pengantarnya. Disini ilmu pengetahuan modern merupakan mata kuliah pokok tanpa mengabaikan pendidikan agama. Bahkan ketaatan menjalankan ibadah sangat diperhatikan sekali. Sekolah ini terbuka untuk umum dan tidak eksklusif.
Tujuan dari pendirian lembaga pendidikan di Aligarh ini adalah:
1.      Memberikan pendidikan liberal.
2.      Menghilangkan tradisi masa lalu yang menyesatkan dan menghambat kemajuan serta prasangka buruk.
3.      Mendamaikan sains modern barat dengan pengajaran islam.
4.      Memperkenalkan peradaban barat yang unggul.
5.      Mengangkat martabat umat islam dengan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan Inggris.
6.      Menyadarkan bahwa kesetiaan bukan berasal dari penyerahan dan sikap merendahkan diri kepada orang asing tetapi berasal dari penghargaan murni atas pemerintahan yang baik.[10]
Bersama-sama dengan terbitnya Tahdzibul Akhlaq, Sayyid Ahmad Khan juga mulai bekerja untuk menyiarkan pendidikan modern. Pada tanggal 26 Desember 1870, di Benares ia mendirikan “Society for the Educational Progress of Indian Muslims” (Himpunan untuk kemajuan Pendidikan Orang-Orang Muslim India) yang setelah menerima banyak anjuran dan dipertimbangkan masak-masak, memutuskan untuk mulai mendirikan perguruan tinggi islam “Anglo Oriental Collage”. Pertama-tama Sayyid Ahmad Khan ingin mendirikan Universitas seperti Universitas Cambridge, tetapi pemerintah India tidak mengizinkan, dan hanya perguruan tinggi yang diizinkan. Aligarh di mana Sayyid Ahmad Khan pernah beberapa tahun menempat sebagai wakil hakim, dipilih sebagai pusatnya. [11]
Untuk kelancaran collage itu Sayyid Ahmad membentuk panitia antara lain: panitia untuk memajukan kecerdasan dan pengajaran orang muslim dan panitia penyelenggaraan keuangan muslim collage. Sedangkan yang menjadi sekretarisnya adalah Sayyid Ahmad Khan. Pada tahun 1872, atas nama panitia, mengedarkan surat edaran kepada orang Islam, untuk menanyakan akan kehendak orang Islam di mana hendak ditempatkan berdirinya collage. Penetapan tempat itu perlu, karena banyak orang tidak mau memberikan sumbangannya kalau mereka tidak tahu kemana uang itu dipergunakan. Inilah saatnya untuk membeli tanah tetapi sebelumnya haruslah ditetapkan collage itu didirikan. Dari hasil surat edaran yang diterima oleh panitia dan sekaligus dapat disimpulkan oleh Ahmad Khan sebagai berikut:[12]
“Sifat lembaga ini menghendaki supaya mahasiswa-mahasiswa itu janganlah mendapat gangguan dalam pelajarannya dan belajar di sekitar yang tentram. Jadi di kota besar collage ini tidak dapat didirikan karena terlalu banyak godaan bagi mereka, pun di desa kecil tidak baik, karena susah memperoleh keperluan sehari-hari. Saya merasa gembira mengatakan kepada tuan-tuan bahwa keinginan-keinginan kita sebagian besar dapat dipenuhi jika Aligarh dipilih sebagai tempat collage baru itu... Ada juga memilih Delhi, tapi delhi adalah kota reruntuhan dan kuburan-kuburan orang yang ternama”.[13]
Dengan demikian jelaslah bahwa collage yang akan didirikan di Aligarh. Pada bulan Februari 1873, Sayyid Ahmad Khan mengajukan kepada panitia keuangan sebuah rancangan kurikulum pengajaran Aligarh Collage. Rancangan kurikulum pengajaran disiapkan setelah ia selesai mempelajari sistem pembelajaran collage-collage di Inggris. Kemudian kurikulum itu dikirimkan kepada gubernur dan kepada kaum ulama, yaitu wakil-wakil dari golongan islam ortodok kepada mereka diminta patwa atas collage yang akan didirikan. Namun disesalkan bahwa golongan-golongan ortodok tidak mau menerima bahkan mereka menghujani dengan cacian bahwa patung Ahmad Khan akan didirikan di gedung collage, lukisan-lukisan pengikutnya dan mahasiswa-mahasiswa akan diberikan makan ayam yang tercekik lehernya. Musuh Ahmad Khan yang besar adalah Maulawi Imdad Al-Ali. Dia berkata: “Permintaan akan patwa itu adalah satu tipu muslihat, dan mereka yang hendak mendirikan collage itu sebenarnya bukanlah orang muslim”.[14]
Perguruan Tinggi Aligarh pada asansnya hanyalah kerja Sayyid Ahmad Khan, namun ia juga didukung oleh pembantu-pembantu yang cakap, dan peranan yang dilakukan anaknya, Sayyid Mahmud, dalam merencanakan dan mengatur Perguruan Tinggi tersebut tidaklah kecil. Sayyid Mahmud kembali ke India setelah berhasil dari Universitas Cambridge, dan ia tidak hanya memberikan banyak perincian mengenai cara kerja perguruan tinggi di Inggris, yang sebagian besar Komite Perguruan Tinggi Aligarh sama sekali tidak tahu, tetapi ia juga dapat menarik banyak orang dari Cambridge untuk membantu Perguruan Tinggi Aligarh. Sayyid Ahmad menaruh perhatian besar terhadap staf bangsa Eropa, dan ingin agar mereka bukan hanya membantu memberikan pendidikan yang tepat kepada para mahasiswa, tetapi juga membantunya dalam menjembatani jurang yang menganga antara pejabat-pejabat Inggris dan umat Muslim sejak Mutiny (pemberontakan). Perguruan Tinggi tersebut memang beruntung dapat memperoleh banyak anggota staf bangsa Eropa. Orang seperti Theodore Beck, meninggal dunia sewaktu muda dan dikatakan karena terlalu keras bekerja, Sir Walter Raleigh, ahli kritik sastra Inggris yang terkenal, Sir Thomas Arnold, pengarang buku The Peachings of Islam, dan lain-lainnya. Bukan hanya guru dan professor terkemuka, tetapi mereka memperhatikan seperti seorang bapak untuk kesejahteraan mahasiswanya dan bekerja bagai budak untuk membawa Perguruan Tinggi Aligarh setaraf dengan lembaga-lembaga pendidikan sejenis di Inggris.[15]
Pada tahun 1886 Sayyid Ahmad Khan mendirikan “Mohammadan Educational Conference” (Konferensi Pendidikan Islam) yang mengadakan pertemuan di berbagai kota di India dan membawa pesan pesan Aligarh ke berbagai seluruh wilayah di India.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang seragam untuk umat islam India. Sayyid Ahmad mendirikan Muhammaden Educational Conference (1885) dengan progam:
1.      Mempromosikan pendidikan Barat.
2.      Memperkaya bahasa Urdu dengan bahasa kedua di kantor dan sekolah.
3.      Menekankan pentingnya pendidikan wanita.
4.      Menyusun kebijakan bagi orang islam untuk belajar di Eropa.[16]
Konferensi tersebut, sebagaimana namanya, terutama menggarap pendidikan islam. Ia sangat memperhatikan masalah pemerataan pendidikan modern dikalangan umat Muslim, dan mengambil resolusi-resolusi serta tindakan-tindakan guna menghilangkan faktor-faktor yang menghalangi kemajuan pendidikan. Sebenarnya konferensi tersebut bukan hanya merupakan tempat pertemuan para ahli pendidikan Muslim, tetapi juga merupakan alat yang sangat kuat bagi kebangkitan intelektual dan penyiaran ilmu pengetahun secara lebih luas di antara umat Muslim India. Konferensi tersebut dapat menarik orator-orator, seperti Nawab Mohsinul Mulk dan Dr. Nasir Ahmad, juga penyair-penyair seperti Hali dan Syibli, yang mempergunakan pertemuan-pertemuan tahunannya untuk membangkitkan semangat bagi pembaruan sosial, pendidikan modern dan umum, kemajuan ekonomi dan intelektual.[17]
Pembaharuan yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan terutama pendidikan M.A.O.C. banyak membantu pemerintah Inggris yang menyiapkan tenaga kerja seperti: hakim, pegawai-pegawai sipil dan pajabat-pejabat penting lainnya. Namun disayangkan sekolah ini tidak ada mengahasilkan sarjana ilmu ukur, mekanika, kimia, ilmu perindustrian, dan ilmu yang lain yang bermanfaat untuk umat Islam di India. Kemudian pendidikan M.A.O.C. berkembang menjadi Universitas Islam Aligarh pada tahun 1920. Universitas Islam Aligarh merupakan salah satu pusat budaya Islam terbesar di Asia.[18]
Dari pemaparan yang dijelasakan di atas Sayyid Ahmad Khan lebih pada pemikiran modern. Hal ini akan membawa umat Islam kea rah yang lebih cerah. Pembaharuan tersebut yaitu dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran memakai kurikulum pendidikan dan mengembangkan pelajaran ilmu pengetahuan moderna dengan pelajaran agama. Sehinga tidak ada pemisah diantara keduanya. Karena sebelumnya India hanya mempelajari agama saja dan mengabaikan pengetahuan umum yang lainnya.
3.      Kesimpulan
Sayyid Ahmad Khan adalah tokoh pembaharu di India. Pemikirannya dalam aspek pendidikan yaitu menggabungkan system pendidikan modern dengan ajaran islam. Yang menjadi pusat acuannya dari Negara Inggris yaitu Universitas Cambridge. Kondisi umat Islam India yang terbelakang di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pendorong munculnya ide-ide pembaruan Sayid Ahmad Khan. Dalam mewujudkan cita-cita pembaharuannya Sayyid Ahmad Khan mengambil jalur pendidikan dengan mendirikan lembaga-lembaga seperti Mohammaden Anglo Oriental Collage (MAOC), Muhammadan Educatioanal Conference, Scientific Society. Selain itu, dia juga menulis beberapa buku, dan juga menerbitkan jurnal Tahdzibul Akhlaq.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. (Bandung: Mizan, 1993).
Akmal. Sayyid Ahmad Khan Reformis Pendidikan Islam di India. Jurnal Potensia. Volume 14, Edisi 1. Januari-Juni 2015.
Amin, Saidul. Pembaharuan Pemikiran Islam di India. Jurnal Ushuluddin Vol XVIII, No. 1, Januari 2012.
Dulumina, Gunawan B.. Gerakan Pembaruan Sayid Ahmad Khan. Jurnal Hunafa. Volume 2, No 2 Agustus 2005.
Hamid, Nirwan. Pembaharuan Islam di India. Jurnal Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Volume 7, Mei 2016.
Jr, J.M.S. Baljon. Sajjid Ahmad Khan, Seorang Islam Modern dan Pembaharuan Sosial, penerjemah Amal Hamzah, (Jakarta: PT. Djambatan, 1950), Cet. Ke-8. 
Rozi, Muhammad Fathur. http://mufarozz.blogspot.co.id/2014/05/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html. diakses pada 13 April 2018 pukul 11.20.
Taufiqurahman. Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Islam. (Surabaya: Dian Ilmu, 2009).




[1] Mukti Ali. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. (Bandung: Mizan, 1993). Hal 56.
[2] Nirwan Hamid. Pembaharuan Islam di India. Jurnal Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Volume 7, Mei 2016. Hal 8.
[3] Saidul Amin. Pembaharuan Pemikiran Islam di India. Jurnal Ushuluddin Vol XVIII, No. 1, Januari 2012. Hal 4.
[4] Ibid., hal 5.
[5] Ibid., Mukti Ali. Hal 65.
[6] Ibid., Mukti Ali. Hal 66.
[7] Ibid., Mukti Ali. Hal 66.
[8] Ibid., Mukti Ali. Hal 70.
[9] Gunawan B. Dulumina. Gerakan Pembaruan Sayid Ahmad Khan. Jurnal Hunafa. Volume 2, No 2 Agustus 2005. Hal 6.
[10] Muhammad Fathur Rizi. http://mufarozz.blogspot.co.id/2014/05/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html. diakses pada 13 April 2018 pukul 11.20.
[11] Ibid., Mukti Ali. Hal 72.
[12] Akmal. Sayyid Ahmad Khan Reformis Pendidikan Islam di India. Jurnal Potensia. Volume 14, Edisi 1. Januari-Juni 2015. Hal 14.
[13] J.M.S. Baljon Jr. Sajjid Ahmad Khan, Seorang Islam Modern dan Pembaharuan Sosial, penerjemah Amal Hamzah, (Jakarta: PT. Djambatan, 1950), Cet. Ke-8.  Hal 56-57.
[14] Ibid., akmal. Hal 14-15.
[15] Ibid., Mukti Ali. hal 74.
[16] Taufiqurahman. Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Islam. (Surabaya: Dian Ilmu, 2009). Hal 96.
[17] Ibid., hal 74.
[18] Ibid., akmal. Hal 16.

Komentar